Intro Wawan Yanto

“aku malu…,”

kata dia menjawab pertanyaan sahabatnya dulu.

dahulu mereka berteman. teman satu sekolah. sd harapan 1. satu-satunya sd di kota mereka. berbarengan berangkat dan pulang sekolah. melewati jalan pinggir kampung berbatasan dengan sawah. sekolah mereka 2 kilo jauhnya.

kini, mereka berbeda. setamat sd, wawan tidak meneruskan sekolahnya. pekerjaan ibunya sudah cukup membuatnya sibuk seharian. menjaga adik perempuannya dan sesekali mengantar dagangan ibunya ke bakul-bakul.

menuruti saran kakak-kakaknya yang sudah di kota, yanto sekolah di kota karesidenan. bukanlah kota yang ramai. namun sudah cukup membentuk kepribadian yanto sekarang menjadi tangguh, berwawasan, dan berani berbeda dengan teman-temannya. termasuk wawan. sahabatnya dulu.

wawan sadar, dia ngga seberuntung yanto. dirinya hanyalah anak orang biasa, dengan kemampuan otak yang biasa juga, dan nasib yang biasa seperti orang kebanyakan di kampungnya. wawan. anak kampung. cukup membantu menjalankan roda nasib rumah bersama ibu dan adiknya apa adanya. narimo dan mencoba bersyukur dengan apa yang ada disana.