“Urip kui Ngibadhah”

golek ngelmu kanthi sekolah kui ngibadhah

golek gaweyan kui yo ngibadhah

terus ‘mbut gawe kui yo ngibadhah

lha nek, ย rabi, yo ngibadhah

gawe anak? yo ngibadhah

nggedekne anak ngibadhah

ngopeni trus nyekolahne anak, yo ngibadhah

munggah kaji, kui kudune yo ngibadhah


urip kui sakjane ngibadhah tho’,

ooo ngono to nton??? ho ‘ o

Sebelum Euro 2008 Berakhir

Euro 2008 sudah hampir berakhir. Gegap gempita industri hiburan yang berjalan hampir sebulan ini juga tentunya siap-siap untuk menuju ke even paling puncak. Final Spanyol dan Jerman. Tetapi sampai sejauh mana pengaruhnya terhadap kehidupan bernegara rakyat Indonesia?

euro 2008Juni 2008 menjadi bulan yang menggembirakan untuk sebagian besar publik Indonesia. Sebagian besar ? ya, karena ada sebagian kecil yang ndak begitu menikmatinya, termasuk saya. Turnamen antar negara eropa itu tidak lebih seru daripada permainan di liga-liga sepakbola eropa. Terlebih liga Inggris. Spanyol v Jerman belum tentu mengalahkan popularitas MU v Chelsea dalam final Champions kemarin. CR7 lebih memikirkan karirnya mau tetep di MU atau pindah ke Santiago Barnebeu. Daripada mikiran Portugal lolos. Dan mempertimbangkan mengikuti jejak Beckham ataupun Santiago Munez. ๐Ÿ™‚Baca selebihnya »

JAMPIDSUS, JAMDATUN, JAMINTEL

Semalam, di TV beritanya hampir semua tentang kasus ayin dan beberapa pejabat JAM diatas. Di Metro, TVone, ditayangkan berulang-ulang. Sayangnya saya nggak mudeng arti JAM-JAMAN diatas. Dan palingan, topiknya juga ngga jauh-jauh amat tentang suap 6 miliar dan muter-muter disitu aja. Siapapun bintang tamunya dan apapun update beritanya.

Pagi ini saya sempatkan maen ke websitenya Kejaksaan. Woo, ternyata punya website to. kejaksaan.com? ya bukan lah. http://www.kejaksaan.go.id. Dan ternyata ada banyak JAM disana. Seperti:

JAMPIDSUS = Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus

JAMPIDUM = Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum

JAMDATUN = Jaksa Agung Muda Perdata dan Tata Usaha Negara

JAMINTEL = Jaksa Agung Muda Intelijen

selain itu masih ada JAM PENGAWASAN (JAMWAS) dan JAM PEMBINAAN.Baca selebihnya »

Gudeg Ceker Mbah Wiryo

Solo

Minggu lalu saya diajak makan-makan salah seorang temen asli Solo. Dia berujar jika Solo sekarang kalau malam semakin ramai. Warung-warung tenda di pinggir jalan yang khas itu tidak bisa diremehkan. Meski hanya buka ketika tengah malam menjelang, setiap malam kunjungan dari kelas menengah keatas sudah menjadi jaminan. Seperti malam itu, di salah satu parkiran warung tenda disana berjejer nisan terano, kijang, baleno, dan satu lagi astrea grand milik saya dan temen saya itu.

Malam itu malam minggu. Yah pasti sangat ramai dong. Ditambah anak-anak motor yang biasanya nongkrong di pinggir jalan bersama motornya. Ada-ada saja tingkah anak-anak itu. Sekali waktu jika mereka bosen nongkrong, acara tawur antar kelompok juga ngga sungkan dilakukan. Hehe, daripada bengong kali, ga ada seru-serunya. Dan tentunya, ada ujungnya: ples nongkrong di lapas kampungbaru barang sehari dua hari.

Kembali ke gudeg ceker,.. lokasinya itu di keprabon. Bukan lengser keprabonnya Soeharto lo. Lain lagi. Yang ini, tepatnya di sebelah selatannya gedung Muhammadiyah Solo. Dekat daerah Triwindu yang terkenal itu. Kebetulan warung ini milik simbahnya temen saya itu. Jadi mungkin niat dia sekalian promosi Solo, sekalian promosi gudeg cekernya simbahnya. Not too bad. Oke oke saja menurut saya. Yang penting kan gratisannya. ๐Ÿ˜› Oiya apalagi masih musim Visit Indonesia Year 2008 ya. Bagus lah.Baca selebihnya »

Kuliah Tidak Murah

Unduh panduan pendaftaran UAD 2017

Unduh rincian biaya kuliah UAD 2017 gelombang 1

Unduh Biaya Kuliah PPs UAD Gasal 2016/2017

pmb.uad.ac.id

Baru setahun lalu saya lulus kuliah. S1 saya. Di salah satu perguruan tinggi swasta di Jogja. Selama itu, saya selalu merasakan mahalnya biaya kuliah. Yang juga selalu membuat “biaya’an” bila datang waktu ujian. Tersebutlah uang SPP, dana pengembangan, sumbangan A, sumbangan B, dan biaya per sks mata kuliah. Dan ketika digabung… dueng muncullah angka dua koma sekian juta. Atau kadang-kadang tiga lebih sedikit.

Waktu itu memang saya merasa sudah pol mahalnya. Ga kesampaian mau beli kebutuhan tersier yang diinginkan. Bahkan untuk urusan makan. Namanya juga mahasiswa. Di Jogja lagi. Temen-temen saya banyak menyebutnya ‘ ga bisa milih menu makan ‘. Dan itungannya ga boleh makan tiga kali. Karena budgetnya hanya cukup makan 2 kali sehari. Mungkin bisa diakali menjadi 3 kali sehari, dengan model subsidi silang. Kalau Senin dan Kamisnya puasa, maka hari lainnya bisa makan 3 kali dan aga’ bisa milih menu. Ya itu tadi, pake nambah acara puasa. Niatnya bisa dobel. Nambah pahala, mencegah maksiat, dan yang ga kalah pentingnya: ngirit.Baca selebihnya »

Tragedi Monas dan Media Massa

Senin pagi, seperti biasa tv saya biarkan hidup. Sementara saya bersih-bersih lantai rumah, (bo’ong ding! saya masih tiduran di kasur waktu itu, dingin banget sih…), ya liat-liatlah kalo ada berita menarik atau yang nggak membosankan disamping demo mahasiswa menolak BBM bentrok sama pak pulisi.
) Ya benar. Ternyata ada satu berita menarik. Di salah satu stasiun tv swasta nasional, beritanya: Di Monas (1 Juni) FPI menyerang AKK BB menjadi head utama. Saya kira cuma sepintas lalu menghiasi layar kaca. Eee,,, ternyata sampai hari ini pun belum juga kelar kasusnya. Bak bola salju, efeknya merembet kemana-mana, dan semakin menjauhi akar persoalan yang utama.

Malah dikenal karakter-karakter yang sebenarnya jauh dari substansi utama. Ada Munarman lah, Gus Dur lah, Habib Riziq lah. Isu beralih ke bentrok di kantong NU yang kebetulan disana sudah ada markas FPI-nya. Bahkan muncul hembusan bubarkan MUI. TransTV, kemarin sore, malah nyambung ke istrinya Habib Riziq. Naga-naganya malah masuk infotainment nih. Cam mana pula’ ini, bah??!!

Pagi ini, saya membaca artikel menarik di salah satu blog (yang sempat nangkring di top blog wordpress.com). Artikel tersebut sebenarnya bukan artikel. Cuma kopi paste tajuk utama dua surat kabar gajah. Satu dari Kompas. Satu dari Republika. Yang bisa saya ambil, yang dari Kompas intinya adalah : menyoroti kekerasannya, dan tidak peduli apa sebab akibatnya. Lihat kutipan dibawah ini:

Terlepas dari kaitan sebab-akibatnya, dampak kekerasan pada dirinya luar biasa.

Sementara itu, Republika lebih mengarahkan ke ‘ke-liberal-itas-an’ beberapa kelompok di Indonesia ketimbang menyoroti kekerasan FPI. Republika melihat ada sebab yang lebih mendasar yang perlu dicermati daripada masuk ke pusaran isu yang diobor-obori media massa yang mungkin di-‘tunggangi’ pihak yang berkepentingan. Lihat kutipan dari Republika:

Gerakan kaum liberal di Indonesia hanyalah ujung ekstrem dari ekstrem lainnya, kaum dogmatis.

Dari dua perbedaan diatas jelaslah bahwa media membawa kepentingan. Beberapa tv yang saya lihat, sudah mulai mengaburkan permasalahan utama, dan membuat pusaran-pusaran isu lanjutan yang sebenarnya sangat jauh dari substansi. Media menjadi alat obor-obor untuk mendukung sebuah tujuan. Dan akhirnya, simpulan yang saya ambil, satu kali memasang jaring, dua tiga ikan tertangkap. Ya FPI, ya MUI, ya NU. Sementara pemerintah juga menangguk untung (di satu sisi), polisi juga, media juga, yang dibelakangnya juga.

Saya nggak mendukung salah satu pihak. Tetapi saya kira, ada baiknya semua diselidik dari awal dengan kejujuran. Dan untuk orang Islam semoga lebih hati-hati. Daripada keadaan dikendalikan the hidden agent, …