Memaksimalkan Keterisian Penumpang Trans Jogja


Sepengetahuan saya, bahwa:

  1. Kemacetan di Jogja terjadi pada saat aktivitas berangkat sekolah dan bekerja dan waktu pulangnya. Dan kalo libur panjang.
  2. Setelah lewat jam itu, jalanan cenderung lebih lengang, arus lalu lintas lancar.
  3. Yang mendominasi jalan adalah kendaraan pribadi: motor roda dua dan mobil roda empat.Sekarang ditambah gojek, uber, grab.
  4. Penyumbang terbesar PAD DIY itu dari pajak kendaraan bermotor.
  5. Tidak ada angkutan kota yang memadai. Adanya hanya colt elf lama warna kuning-coklat dan bus kota yang entah berapa persen penduduk Jogja mengetahui jalurnya.
  6. Trans Jogja ramai hanya di jam ramai tersebut, dan hanya di jalur-jalur tertentu.
  7. Penamaan jalur colt, buskota, maupun transjogja selalu memakai gabungan angka-huruf. 1A, 1B, 2A, 2B, 3A, 3B. 1A lewat mana? 1B yang lewat mana? Sulit untuk dihafal. Tidak meng-asosiasi-kan dari mana kemana. Coba bandingkan dengan angkot Malang (arjosari landungsari, lebih mudah dicerna)
  8. Transjogja ternyata tidak punya website khusus, misal transjogja.com. Ada laman di wikipedia, tidak lengkap. Twitter tidak ada yg resmi.
  9. Menghapal jalur transjogja itu sulit, melihat petanya saja sulit. Mending tanya langsung ke petugas jaganya.
  10. Naik transjogja itu lama. Kalo naik motor bisa 20 menit, naik transjogja 1 jam. Itu pun masih harus dijemput, atau ngojek. Terutama waktu nunggu bisnya dateng. Sakjanen bise ki ono piro je,,, ket mau re teko teko,,,putus asa 😦
  11. Sepertinya masih lebih bisa dipercaya Sugeng Rahayu ataupun Mira yang setiap 5-10 menit pasti ada yang lewat.

Karena judulnya memaksimalkan, saran saya sbb:

Ada websitenya transjogja.com, berisi rute yang mudah dihapal. penamaan jalur juga yang mudah diterima akal

mengapa 1A, mengapa 1B, 2A, 2B, susah sekali

dari yogyes.com

ternyata jalur 1 itu dari prambanan, kenapa ngga disebut aja 1A  itu jalur Pram-TG-Malbor-Janti-Bandara, Pram-Malbor

1B = Bandara-Gembiraloka-Pos-UGM-Amplaz

yang jalur 2 ternyata berbasis Jombor, 3 dan 4 Giwangan.

rute yang realistis, perhatikan arus aktivitas masyarakat, bisa ditampung dari survey, atau model2 pengumpulan data lainnya. rute yang ngga aktif diilangin, kayak ngelola rute pesawatlah,,, yang ngga ada penumpangnya delete aja

Waktu tunggu, di website bisa dipasang jam keberangkatan dari prambanan misalnya. Tampilkan jg ada berapa bis di rute itu. Jadi masyarakat bisa mengira-ira kapan dia berangkat, kapan kira2 sampai.

Feeder. kalo pengin dinaiki banyak orang, mustinya dipelajari daerah mana yang banyak calon penumpangnya, sediakan angkot feeder ke halte paling terjangkau. sosialisasikan jam keberangkatan.

Penyewaan sepeda onthel. Halte di daerah kota masih ada jarak ke tempat tujuan. Sediakan feeder, atau onthel yang bisa disewa. Kalo deket pasti jalan kaki. Kalau jauh, ngojek mahal. Memang ada ngojek 5000? pasti minimal 10.000.

CS yang terus menerus menerima masukan warga, keinginan, kritik, dan saran. Masukan diolah dan diteruskan sebagai aksi untuk perubahan. Permintaan masyarakat dipenuhi, transjogja survive. Contohlah Sumber Kencono mengenai ketepatan waktu, ketersediaan armada, kepastian adanya, waktu tunggunya.

Untuk menarik penumpang lagi, bisa dengan cara2 membership, doorprize, dan teknik2 lainnya.

Tinggalkan komentar