Ketimpangan Sosial – Buku Pelajaran Sosiologi SMA

Pengertian

Ketimpangan sosial adalah kesenjangan atau ketidaksamaan akses untuk mendapatkan atau memanfaatkan sumber daya yang tersedia.

Hakikat Ketimpangan Sosial

Naidoo dan Wills: ketimpangan sosial merupakan perbedaan-perbedaan dalam pemasukan, sumber daya, kekuasaan, dan status di dalam dan antara masyarakat.
Andrianof Chaniago: ketimpangan sosial adalah buah dari pembangunan yang hanya berfokus pada aspek ekonomi dan melupakan aspek sosial.

Ketimpangan sosial tidak sama dengan perbedaan sosial yang dikategorikan ke dalam stratifikasi dan diferensiasi sosial. Ketimpangan sosial dikategorikan sebagai masalah sosial karena terdapat ketidakadilan dalam kontribusi masyarakat dari beberapa aspek kehidupan. Berikut ini adalah prinsip-prinsip ketidakadilan (mantep, ketidakadilan aja ada prinsipnya), yaitu:

  • Elitisme efisien
  • Pengecualian diperlukan
  • Prasangka adalah wajar
  • Keserakahan adalah baik, dan
  • Putus asa tidak bisa dihindari.

Ketidakadilan tersebut dapat berbentuk:

  1. Marginalisasi, proses pemusatan hubungan kelompok-kelompok tertentu dengan lembaga sosial utama. Semakin besar perbedaan, semakin mudah kelompok dominan meminggirkan kelompok lemah.
  2. Stereotipe (pelabelan), pemberian sifat tertentu secara subjektif terhadap seseorang berdasarkan kriteria tertentu. Misalnya, anggapan bahwa kebanyakan masyarakat A memiliki sifat pelit, padahal anggapan tersebut belum tentu benar adanya.
  3. Subordinasi, pembedaan perlakuan identitas tertentu. Misalnya, Politik Apartheid, lebih mengutamakan orang-orang berkulit putih daripada orang berkulit hitam.
  4. Dominasi, kondisi dengan ciri satu kelompok memegang kekuasaan secara sewenang-wenang. Misalnya, pada masa penjajahan Belanda terhadap Indonesia dimana rakyat dipaksa untuk kerja rodi.

Teori Ketimpangan Global

Teori Kolonialisme
Di mulai di Inggris sekitar tahun 1750 ketika industrialisasi menyebar di seluruh Eropa Barat. Teori ini merujuk pada satu negara yang menjadikan banyak wilayah sebagai koloninya. Kegiatan ini diawali oleh negara industri (kapitalis) dengan cara menanamkan sebagian keuntungannya ke dalam persenjataan yang tangguh dan kapal, kemudian digunakan untuk menyerbu negara yang lemah untuk dijadikan koloninya. Setelah bangsa yang lemah takhluk, mereka akan mengeksploitasi tenaga kerja dan sumber daya bangsa tersebut.

Teori Sistem Dunia
Dikemukakan oleh Immanuel Wallerstein. Hasil analisisnya, industrialisasi menghasilkan tiga kelompok bangsa, yaitu:

  • Negara inti, negara yang lebih dulu melakukan industrialisasi dan mendominasi negara yang lemah. Negara inti yaitu negara-negara di Eropa Barat, misalnya Inggris, Belanda, Spanyol, Portugis.
  • Negara semiperiferi, negara yang bergantung pada perdagangan negara inti. Negara semiperiferi yaitu negara Eropa Selatan.
  • Negara periferi, negara pinggiran. Negara periferi yaitu negara di kawasan Asia dan Afrika.

Teori Ketergantungan
Keterbelakangan sebagai akibat suatu sistem kapitalis internasional yang dominan (berbentuk perusahaan-perusahaan multinasional) dan bersekutu dengan Dunia Ketiga untuk mempertahankan kedudukan mereka. Dunia Ketiga adalah negara yang tidak masuk Dunia Pertama (negara kapitalis) dan Dunia Kedua (negara komunis). Perkembangan antara negara industri dan keterbelakangan negara dunia ketiga berjalan bersamaan. Ketika negara industri berkembang, negara dunia ketiga semakin terbelakang oleh kolonialisme dan neokolonialisme.

Pendekatan Struktural
Pendekatan Struktural adalah cara lain untuk memandang ketimpangan dunia dalam hal kesejahteraan dan kekuasaan. Pendekatan ini memandang bahwa kemiskinan dan ketergantungan Dunia Ketiga tidak disebabkan oleh keputusan kebijakan yang sengaja dibuat di Amerika, Inggris, atau Moskow. Ketergantungan ini sebenarnya berasal dari struktur sistem internasional sehingga bangsa-bangsa pengekspor bahan mentah terpaksa kehilangan bagiannya dari keuntungan produksi.

Menurut Raul Presbisch, sistem perdagangan bebas merugikan negara-negara pengekspor bahan mentah (negara periferi) dan menguntungkan negara-negara industri kaya yang mengekspor hasil industri (negara-negara pusat).

Teori Fungsionalis
Ketidaksetaraan tidak bisa dihindari dan memiliki fungsi penting dalam masyarakat. Menurut Kingsley Davis dan Wilbert Moore, penyebab ketidaksetaraan dan stratifikasi masyarakat adalah sebagai berikut:

  • Masyarakat harus memastikan bahwa posisi-posisinya terisi.
  • Beberapa posisi lebih penting daripada yang lain.
  • Posisi-posisi yang lebih penting harus diisi oleh  orang yang lebih berkualifikasi.
  • Untuk memotivasi orang yang lebih berkualifikasi agar mengisi posi-posisi ini, masyarakat harus menawarkan imbalan lebih besar.

Teori Konflik
Ketimpangan sebagai akibat dari kelompok dengan kekuatan mendominasi kelompok yang kurang kuat. Kesenjangan sosial, mencegah dan menghambat kemajuan masyarakat karena orang-orang yang berkuasa akan menindas orang-orang tak berdaya untuk mempertahankan status quo. Masyarakat akan selalu mengalami konflik secara terus menerus.

Karl Mark adalah tokoh konflik pertama yang memandang bahwa kapitalisme akan memperjelas perbedaan kelas antarindividu. Hal ini terlihat dari konflik antara kaum borjuis dan kaum proleter, dimana kaum borjuis berusaha untuk menguasai alat-alat produksi.

Teori Pertumbuhan Neoklasik
Dikemukan oleh Gouglas C. North. Teori ini memunculkan  prediksi tentang hubungan antara tingkat pembangunan ekonomi nasional suatu negara dengan ketimpangan pembangunan antar wilayah. Teori neoklasik ini memunculkan Hipotesis Neoklasik, ketimpangan pembangunan pada awal proses meningkat. Setelah berangsur-angsur, ketimpangan pembangunan antarwilayah tersebut semakin menurun.

Cara Sosiolog Memandang Ketimpangan Sosial

Kesenjangan sosial sebagai masalah sosial mencakup tiga dimensi, yaitu:

  1. Kondisi struktural objektif, yaitu hal-hal yang dapat diukur secara objektif dan berkontribusi terhadap ketimpangan sosial. Misalnya, tingkat pendidikan, kekayaan atau kemiskinan, pekerjaan.
  2. Dukungan ideologis, mencakup hal-hal yang mendukung ketimpangan sosial yang terdapat di masyarakat. Misalnya undang-undang, kebijakan publik, nilai-nilai di masyarakat.
  3. Reformasi sosial, mencakup perlawanan terorganisasi, kelompok-kelompok perlawanan, dan gerakan-gerakan sosial.

Faktor Penyebab Ketimpangan Sosial

Kondisi Demografis
Dalam Ensiklopedia Nasional Indonesia, demografi merupakan ilmu yang mempelajari tentang masalah kependudukan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Kondisi demografis antara masyarakat yang satu dengan yang lainnya memiliki perbedaan. Letak perbedaan tersebut dapat dilihat dari beberapa hal sebagai berikut.

  • Jumlah penduduk. Jumlah penduduk yang besar tidak sebanding dengan fasilitas yang ada, misalnya lapangan pekerjaan, pelayanan umum, akan menyebabkan banyak masyarakat memiliki tingkat kesejahteraan yang kurang.
  • Komposisi penduduk. Yaitu komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin. Misalnya, dalam suatu daerah terdapat penduduk dengan umur 35 tahun diatas lebih banyak, maka daerah tersebut dapat disimpulkan memiliki angka kelahiran rendah dan angka kematian tinggi. Hal ini mempengaruhi pertumbuhan penduduk tersebut, adanya ketidakseimbangan tersebut dapat memengaruhi keadaan sosial ekonomi.
  • Persebaran penduduk. Merupakan bentuk penyebaran penduduk di suatu wilayah atau daerah. Adanya persebaran penduduk yang tidak merata menimbulkan pembangunan yang hanya terpusat pada satu daerah. Hal ini akan menimbulkan kemiskinan bagi penduduk yang tidak dapat bersaing dengan perkembangan pembangunan daerah.

Kondisi Pendidikan
Pendidikan merupakan kebutuhan bagi semua orang. Pendidikan suatu bangsa menjadi faktor penunjang pembangunan bangsa, terutama pembangunan sumberdaya manusia. Pendidikan dapat dikatakan berhasil, salah satunya dengan meningkatnya aksesbilitas berdasarkan gender. Artinya, perempuan dan laki-laki memiliki hak yang sama dalam memperoleh pendidikan. Misalnya, anak-anak di desa memiliki semangat belajar yang tinggi meskipun dengan fasilitas terbatas, berbeda dengan remaja yang berada di kota. Dengan fasilitas mencukupi, sebagian dari mereka semangat belajarnya berkurang akibat terpengaruh oleh lingkungaan yang kurang baik. Adanya perbedaan ini menimbulkan ketimpangan sosial. Ketidakadilan tersebut dapat dilihat dari ketersediaan fasilitas, kualitas tenaga kerja, dan mutu pendidikan.

Kondisi Kesehatan
Ketimpangan sosial di bidang kesehatan dapat muncul, dikarenakan penyebaran fasilitas kesehatan yang  tidak merata di setiap daerah, jangkauan kesehatan yang kurang, pelayanan kesehatan yang kurang memadai maupun faktor lainnya dapat menyebabkan tingkat kesejahteraan antara masyarakat satu dengan yang lainnya berbeda.

Kondisi Ekonomi
Ketimpangan ini timbul akibat tidak meratanya penyebaran pembangunan ekonomi. Adanya perbedaan dalam kepemilikan sumber daya dan faktor produksi antar daerah menyebabkan daerah yang memiliki sumber daya dan faktor produksi, terutama memiliki barang modal akan memperoleh pendapatan yang lebih besar dibandingkan dengan daerah yang memiliki sedikit sumber daya.

Faktor Struktural
Berkaitan erat dengan tata kelola yang merupakan kebijakan pemerintah dalam menangani masyarakat yang bersifat legal formal maupun kebijakan dalam pelaksanaannya.

Indonesia menganut paham demokrasi sehingga aturan yang ada diperuntukkan bagi kepentingan rakyat yang diutamakan. Kurangnya asset informasi tentang kebijakan pemerintah dapat mengakibatkan tidak berjalannya pelaksanaan pembangunan dan pemerataan pembangunan.

Sebagai penyelenggara negara, negara harus menjadi pelopor demokrasi yang dapat dijadikan teladan bagi masyarakat sehingga stabilitas terjaga dan kesejahteraan sosial terwujud.

Negara Indonesia memiliki wilayah yang sangat luas dan masyarakatnya majemuk sehingga memiliki potensi konflik yang besar. Untuk itu, penyelenggara negara harus mampu berperan sebagai:

  • Dinamisator, pemerintah berkewajiban menumbuhkan simpati para penyelenggara negara terhadap masyarakat, demikian pula sebaliknya.
  • Mediator, harus mampu berlaku adil dalam menyelesaikan masalah di masyarakat dan memiliki wawasan kebangsaan yang kuat.
  • Katalisator, harus mampu mengarahkan diri sebagai pengatur dan pengendali permasalahan yang muncul dari kebijakan yang dikeluarkan.

Faktor Kultural
Berkaitan dengan sifat atau karakter masyarakat dalam melaksanakan kehidupannya. Misalnya, sifat malas atau rajin, ulet atau mudah menyerah.

Berkaitan dengan nilai-nilai yang dianut oleh suatu masyarakat. Misalnya, masyarakat menganggap budaya hemat dan menabung tidak penting bagi kehidupan.

Budaya birokrat para penyelenggara negara juga dapat menimbulkan ketimpangan yaitu berperilaku sewenang-wenang terhadap rakyat.

Bentuk-Bentuk Ketimpangan Sosial

Menurut Adrinof  Chaniago terdapat enam ketimpangan yang terjadi yaitu sebagai berikut:

  1. Ketimpangan desa dan kota. Hal ini ditandai dengan adanya arus urbanisasi yaitu perpindahan penduduk dari desa ke kota sehingga menyebabkan tingkat kesejahteraan di desa menurun dan berakibat semakin banyaknya pemukiman kumuh, kriminalitas, pengangguran di kota.
  2. Kesenjangan pembangunan diri manusia Indonesia.
  3. Ketimpangan antargolongan sosial ekonomi yang diperlihatkan dengan semakin meningkatnya kesenjangan ekonomi antar golongan-golongan dalam masyarakat. Kesenjangan ekonomi tersebut disebabkan oleh beberapa faktor yaitu:
    • Menurunnya pendapatan per kapita akibat pertumbuhan penduduk yang relatif tinggi tanpa ddiiringi peningkatan produktivitas.
    • Ketidakmerataan hasil pembangunan antardaerah.
    • Rendahnya mobilitas sosial akibat sikap mental tradisional yang kurang menyukai persaingan dan kurang usaha.
    • Hancurnya industri kerajinan rakyat akibat monopoli pengusaha bermodal besar.
  4. Ketimpangan penyebaran aset di kalangan swasta dengan cirri sebagian  besar kepemilikan  aset di Indonesia terkonsentrasi pada skala besar.
  5. Ketimpangan antar sektor ekonomi dengan ciri sebagian sektor, misanya property, mendapat tempat yang istimewa.
  6. Ketimpangan antarwilayah dan subwilayah dengan ciri konsentrasi ekonomi terpusat pada wilayah perkotaan, terutama ibu kota, sehingga daerah hanya mendapatkan konsentrasi ekonomi yang sangat kecil.

Akibat Ketimpangan Sosial

Kriminalitas
Kriminalitas atau kejahatan adalah suatu perbuatan atau tingkah laku yang merugikan orang lain sebagai korban dan juga merugikan masyarakat.

Menurut Soerjono Soekanto, tindakan kriminal disebabkan oleh kondisi-kondisi dan proses-proses sosial yang menghasilkan perilaku-perilaku sosial lainnya, seperti proses imitasi, persaingan, dan pertentangan kebudayaan.

Penyebab munculnya tindakan kriminal dapat dijelaskan dalam dua teori sebagai berikut:

  1. Teori Asosiasi Diferensial (Sutherland). Kegiatan kriminal sebagai hasil sosialisasi nilai-nilai dari satu kelompok yang berbenturan dengan nilai-nilai kelompok yang lebih kuat.
  2. Teori Ketegangan (Robert K. Merton). Penyimpangan yang paling mungkin terjadi ketika ada ketidaksesuaian antara tujuan yang dianggap baik oleh masyarakat dan cara untuk memperolehnya. Sebagai contoh, seesorang yang ingin menjadi kaya, tetapi dalam proses pencapaiannya menggunakan cara-cara kotor seperti korupsi, penyelundupan uang.

Monopoli
Monopoli adalah suatu pengusahaan pasar yang dilakukan oleh seseorang atau perusahaan untuk menguasai penawaran pasar (penjualan barang dan jasa di pasar) yang ditujukan kepada para pelanggannya. Monopoli sebagai akibat dari ketimpangan sosial akan mengganggu kesempatan produk-produk baru yang berkualitas hasil dari kreativitas masyarakat.

Ciri-ciri monopoli adalah sebagai berikut:

  1. Penguasaan pasar, pasar dikuasai oleh sebagian pihak saja.
  2. Produk yang ditawarkan biasanya tidak memiliki saingan.
  3. Pelaku praktik monopoli dapat mempengaruhi harga produk.
  4. Sulit bagi pengusaha lain untuk memasuki pasar.

Diskriminasi
Dalam Ensikopedia Nasional Indonesia dijelaskan diskriminasi berasal dari bahasa Inggris yaitu discrimination  yang artinya sikap atau tindakan membeda-bedakan. Menurut Setiadi, faktor penyebab munculnya diskriminasi adalah sebagai berikut:

  • Adanya persaingan yang semakin ketat dalam berbagai kehidupan.
  • Adanya tekanan dan intimidasi yang dilakukan oleh kelompok dominan terhadap kelompok atau golongan yang lebih lemah.
  • Ketidakberdayaan golongan miskin dan intimidasi yang membuat terpuruk dan menjadi korban diskriminasi.

Contoh bentuk diskriminasi yang terjadi dalam masyarakat adalah sebagai berikut:

  1. Diskrimiasi ras. Diskriminasi ras pernah terjadi pada masyarakat Afrika Selatan yang dikenal dengan politik apartheid, dimana golongan orang-orang kulit putih menduduki lapisan sosial lebih tinggi daripada golongan orang-orang berkulit hitam. Politik tersebut menggolongkan masyarakat berdasarkan jenis kulit.
  2. Diskriminasi agama. Yaitu memperlakukan orang berbeda karena apa yang mereka percaya dan tidak percaya berdasarkan agama. Faktor yang mempengaruhi diskriminasi agama, seperti keyakinan agama yang dianut, adanya perbedaan agama dalam satu kelompok, adanya praktik keagamaan.
  3. Diskriminasi gender.  Perbedaan sikap dan perlakuan terhadap seseorang berdasarkan jenis kelamin dapat menyebabkan ketimpangan sosial.

Disharmoni Kehidupan Beragama
Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki keberagaman. Sebagai contohnya, masyarakat Indonesia memiliki agama Islam, Kristen, Katolik, Budha dan Konghucu yang rawan terjadinya konflik yang dipicu karena adanya ketimpangan sosial. Disharmoni dalam agama juga dapat dipengaruhi oleh sikap fanatisme yang berlebihan sehingga menyebabkan memudarnya sikap toleransi masyarakat.

Etnosentrisme
Yaitu suatu sikap menilai kebudayaan kelompok atau masyarakat lain dengan menggunakan ukuran-ukuran yang berlaku di kelompok masyarakat, dengan kata lain mengganggap kebudayaannya lebih unggul dibandingkan kebudayaan lain. Etnosentrisme dapat menghambat hubungan antarkebudayaan, sehingga menghambat proses asimilasi dan integrasi serta dapat menimbulkan konflik SARA.

Melemahnya  Jiwa Wirausaha
Ketimpangan sosial menjadi penghambat minat seseorang untuk memulai usaha, penghambat keinginan untuk terus mempertahankan usaha, bahkan penghancur semangat untuk mengembangkan usaha lebih maju. Hal ini disebabkan seorang wirausaha dianggap remeh dalam perekonomian.

Kemiskinan
Keadaan seseorang yang tidak sanggup memelihara dirinya sendiri sesuai dengan taraf kehidupan kelompok dan tidak mampu memanfaatkan tenaga baik mental maupun fisiknya dalam kelompok tersebut.

Pandangan tentang Kemiskinan

Philips dan Legates mengemukakan empat pandangan tentang kemiskinan, yaitu sebagai berikut:

  • Pertama, kemiskinan dilihat sebagai akibat dari kegagalan personal dan sikap tertentu, khususnya cirri-ciri sosial apsikologis individu dari si miskin yang cenderung menghambat untuk melakukan perbaikan nasibnya. Akibatnya, si miskin tidak melakukan rencana ke depan, menabung, dan mengejar tingkat pendidikan yang lebih tinggi.
  • Kedua, kemiskinan dipandang sebagai akibat dari sub tertentu yang diturunkan dari generasi ke generasi. Kaum miskin adalah kelompok masyarakat yang memiliki subkultur tertentu yang berbeda dari golongan yang tidak miskin, seperti memiliki sikap fatalis, tidak mampu melakukan pengendalian diri, berorientasi pada masa sekarang, tidak mampu menunda kenikmatan atau melakukan rencana bagi masa mendatang, kurang memiliki kesadaran kelas, atau gagal dalam melihat faktor-faktor ekonomi seperti kesempatan yang dapat mengubah nasibnya.
  • Ketiga, kemiskinan dipandang sebagai akibat kurangnya kesempatan. Kaum miskin selalu kekurangan dalam bidang keterampilan dan pendidikan untuk memperoleh pekerjaan dalam masyarakat.
  • Keempat, kemiskinan merupakan suatu ciri struktural dari kapitalisme bahwa dalam masyarakat kapitalis, segelintir orang menjadi miskin karena yang lain menjadi kaya.

Definisi Kemiskinan

Menurut Sutrisno, terdapat dua sudut pandang dalam memahami substansi kemiskinan di Indonesia yaitu sebagai berikut:

  1. Kelompok pakar dan aktivis Lembaga Swadaya Masyarakat yang mengikuti pikiran kelompok agrarian populism bahwa kemiskinan itu hakikatnya adalah masalah campur tangan yang terlalu luas dari negara dalam kehidupan masyarakat pada umumnya, khususnya masyarakat pedesaan. Dalam pandangan ini, orang miskin mampu membangun diri mereka sendiri apabila pemerintah memberi kebebasan bagi kelompok tersebut untuk mengatur diri mereka sendiri.
  2. Kelompok para pejabat yang melihat inti dari masalah kemiskinan sebagai masalah budaya. Orang menjadi miskin karena tidak memiliki etos kerja yang tinggi, tidak memiliki jiwa wiraswasta, dan pendidikannya rendah. Selain itu, kemiskinan juga dikenal terkait dengan kualitas sumber daya manusia.

Kajian Chambers lebih melihat masalah kemiskinan dari dimensi si miskin itu sendiri dengan deprivation trap. Chamber mencoba menggabungkan dua sudut pandang dari luar kelompok miskin dengan mengembangkan lima unsure keterjebakan sebagai berikut:

  1. Kemiskinan itu sendiri
  2. Kelemahan fisik
  3. Keterasingan
  4. Kerentanan
  5. Ketidakberdayaan

Definisi Kemiskinan Menurut Para Ahli dan Lembaga

  1. Bappenas: Kemiskinan sebagai situasi serba kekurangan yang terjadi bukan karena kehendak oleh si miskin, melainkan karena keadaan yang tidak dapat dihindari dengan kekuatan yang ada padanya.
  2. Levitan: Kemiskinan adalah kekurangan barang-barang dan pelayanan-pelayanan yang dibutuhkan untuk mencapai suatu standar hidup yang layak.
  3. Faturchman dan Marcelinus Molo: Kemiskinan adalah ketidakmampuan individu dan/atau rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan dasarnya.
  4. Ellis: Kemiskinan merupakan gejala multidimensional yang dapat ditelaah dari dimensi ekonomi, sosial, dan politik.
  5. Suparlan: Kemiskinan adalah suatu standar tingkat hidup yang rendah, yaitu adanya suatu tingkat kekurangan materi pada sejumlah atau segolongan orang dibandingkan dengan standar kehidupan yang umum berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan.
  6. Reitsma dan Kleinpenning: Kemiskinan sebagai ketidakmampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhannya, baik yang bersifat materiel maupun nonmaterial.
  7. Friedman : Kemiskinan adalah ketidaksamaan kesempatan untuk memformulasikan basis kekuasaan sosial yang meliputi asset (tanah, perumahan, peralatan, dan kesehatan), sumber keuangan (pendapatan dan kredit yang memadai), organisasi sosial politik yang dapat dimanfaatkan untuk mencapai kepentingan bersama, jaringan sosial untuk memperoleh pekerjaan, barang atau jasa, pngetahuan dan keterampilan yang memadai, serta informasi yang berguna.

Budaya Kemiskinan

Menurut Oscar Lewis, budaya kemiskinan dapat terwujud dalam berbagai konteks sejarah, tetapi cenderung untuk tumbuh dan berkembang di dalam masyarakat yang memiliki seperangkat kondisi sebagai berikut:

  1. Sistem ekonomi uang, buruh upahan, dan sistem produksi untuk keuntungan.
  2. Tetap tingginya tingkat pengangguran dan setengah pengangguran bagi tenaga tak terampil.
  3. Rendahnya upah buruh.
  4. Tidak berhasilnya golongan berpenghasilan rendah meningkatkan organisasi sosial, ekonomi, dan politiknya secara sukarela ataupun atas prakarsa pemerintah.
  5. Sistem keluarga bilateral lebih menonjol daripada sistem unilateral.
  6. Kuatnya seperangkat nilai-nilai pada kelas yang berkuasa yang menekankan penumpukan harta kekayaan dan adanya kemungkinan mobilitas vertikal dan sikap hemat, serta adanya anggapan bahwa rendahnya status ekonomi sebagai hasil ketidaksanggupan pribadi atau memang pada dasarnya sudah rendah kedudukannya. 

Ciri-ciri kemiskinan secara umum sebagai berikut:

  1. Angka kematian tinggi.
  2. Tingkat kesehatan rendah.
  3. Pendidikan rata-rata rendah.
  4. Sikap yang sulit menerima perubahan.
  5. Mata pencahariaan rendah  dengan penguasaan teknologi rendah.

Menurut Munandar masyarakat dikatakan miskin apabila memiliki ciri-ciri berikut:

  1. Tidak memiliki faktor produksi sendiri seperti tanah, modal, keterampilan.
  2. Tidak memiliki kemungkinan untuk memperoleh aset produksi dengan kekuatan sendiri seperti untuk memperoleh tanah garapan atau modal usaha.
  3. Tingkat pendidikan rendah, tidak sampai tamat sekolah dasar karena harus membantu orang tua mencari tambahan penghasilan.
  4. Kebanyakan tinggal di desa sebagai pekerja bebas, berusaha melakukan apa saja.
  5. Banyak yang hidup di kota berusia muda dan tidak mempunyai keterampilan.

Secara umum kemiskinan dibedakan menjadi dua, yaitu:

  • Kemiskinan yang bersifat kultural yang disebabkan oleh individu itu sendiri, misalnya adanya sifat malas, kurangnya keterampilan.
  • Kemiskinan yang bersifat struktural sebagai akibat sistem dan struktur yang ada.

Menurut Davis dengan teori fungsionalis dan stratifikasi, kemiskinan memiliki sejumlah fungsi, yaitu fungsi:

  1. Ekonomi, menyediakan tenaga kerja, menimbulkan dana sosial, memanfaatkan barang bekas.
  2. Sosial, menimbulkan altruisme dan perasaan, imajinasi bagi kesulitan hidup si kaya, ukuran kemajuan bagi kelas lain, memicu munculnya badan amal.
  3. Kultural, sebagai sumber inspirasi kebijakan teknorat dan satrawan, mempekaya budaya saling mengayomi antar manusia.
  4. Politik, sebagai kelompok gelisah atau masyarakat marginal.

Kemerosotan Moral
Bagi kelompok masyarakat kelas atas, kemerosotan moral berupa adanya sikap individualistik (sikap kurang peduli terhadap sesama) dan adanya sikap materialistik (menganggap uang dan kekuasaan adalah segala-galanya).

Sedangkan bagi kelompok yang kurang mampu atau kelas bawah, kemerosotan moral dapat dipicu oleh ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan hidup sehingga terpaksa menghalalkan segala cara untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, seperti mencuri, merampok.

Pencemaran Lingkungan Alam
Merupakan rusaknya tata lingkungan yang disebabkan oleh ulah manusia. Misalnya penggundulan hutan yang menyebabkan punahnya flora dan hilangnya habitat alam bagi fauna.

Dampak Ketimpangan Sosial

Dampak Positif

  1. Mendorong wilayah lain yang kurang maju untuk bersaing.
  2. Meningkatkan pertumbuhan untuk kesejahteraan masyarakat

Dampak negatif

  1. Menimbulkan kecemburuan sosial.
  2. Adanya pembatasan hubungan sosial karena kedudukan sosial dalam masyarakat.
  3. Melemahkan stabilitas sosial dan solidaritas.
  4. Adanya ketidakadilan dalam masyarakat.

Upaya Mengatasi Ketimpangan Sosial di Mayarakat

Peningkatan Kualitas Penduduk, yang dilakukan melalui beberapa usaha sebagai berikut:

  • Memperbaiki kualitas pendidikan
  • Meningkatkan fasilitas kesehatan, baik jumlah tenaga medis maupun peningkatan pelayanan kesehatan
  • Melakukan pemberdayaan kelompok di masyarakat, misalnya dengan memberikan penyuluhan atau pengarahan kepada masyarakat.
  • Mobilitas sosial, diartikan sebagai suatu perpindahan penduduk dari satu daerah ke daerah lain. Hal ini bertujuan untuk mengendalikan jumlah penduduk di suatu daerah, pemerataan penduduk juga harus diikuti pemerataan pembangunan agar tidak menimbulkan ketimpangan sosial.
  • Menciptakan peluang kerja. Jumlah penduduk yang besar apabila tidak diimbangi dengan lapangan pekerjaan akan mengakibatkan terjadinya pengangguran. Untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan menciptakan peluang kerja di masyarakat.

Sumber:
Buku Sosiologi Kelas XII Penerbit Erlangga
Buku Sosiologi Kelas XII Penerbit Mediatama
Sosiologi XII Penerbit Viva Pakarindo
http://sinausosiologi15.blogspot.co.id/2016/10/ketimpangan-sosial.html

Menjadi kepingan kecil pemerata

Banyak yang membicarakan mengenai gini ratio, ketimpangan, kesenjangan, beberapa waktu terakhir. Terutama saya melalui blog ini.

Saya akui terlalu banyak pikiran merana memenuhi kepala. Arep sambat yo karo sopo?

Kita khalayak kebanyakan, terutama yang sempat membaca tulisan ini, yang sempat-sempatnya ngeblog di office hour, tentu tak terlalu merasakan apa yang dirasakan oleh orang-orang yang paling merasakan bagaimana sulitnya mencari duit.

Intinya, kelas menengah ngga terlalu kena dengan segala macam kesulitan hidup dibanding mereka yang bergaji UMR atau di bawahnya. Yang ketika tanggal 15, seperti hari ini, dompet sudah sepi, hanya sisa seribuan pas untuk kerokan.

Segala macam posting, komentar di fb, t, ig, seakan tak cukup untuk menuntut pemerintah untuk segera memerintahkan jajarannya mengatasi dengan segera. Meski malaikat juga tahu, bagaimana birokrasi negeri tercinta kita ini bekerja.

Tapi sebenarnya, kita pun bisa menjadi salah satu – sebagian kecil pemerata.

Cobalah renungkan…

Beli barang kebutuhan di pasar tradisional atau di supermarket?

Beli sayur di mbah Rono atau di Super****?

Beli supermi di ****maret atau di bu Joko?

Apakah anda sempat membeli sapu/ciduk yang lewat depan rumah?

Siomay mas-e yang lewat depan rumah atau pesen Go f**d?

Perabotan merek luar atau dalam negeri?

Branded atau home-hand product?

Beli baju di mall atau beli bahan batik Imogiri dan menjahitkannya di tailor timur perempatan?

Made in Kulonprogo atau made in papua new gini?

Korean style atau lokal style?

 

 

 

 

Kata Jokowi dan JK tentang ketimpangan Indonesia

Jokowi, Bisnis.com, 14 Maret 2017.

Bisnis.com, JAKARTA – – Presiden Joko Widodo menekankan kesenjangan ekonomi merupakan tantangan utama saat ini.

Hal itu dinyatakan Presiden saat bersilaturahim dengan pimpinan lembaga negara di Istana Merdeka, Selasa (14/3/2017).

Presiden menyampaikan, kondisi pertumbuhan ekonomi, inflasi, dan perbandingan dengan negara-negara lain. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2016 sebesar 5,02%, lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi pada 2015 sebesar 4,88%.

Saya kira yang paling berat saat ini memang kesenjangan dan apa yang sedang kita kerjakan panjang akan kita lakukan nantinya. Kami mohon masukan dari bapak ibu seluruh pimpinan lembaga negara yang hadir siang hari ini,” tutur Presiden, Selasa (14/3/2017).

Dalam beberapa kali pertemuan, Presiden Joko Widodo kerap menekankan soal kesenjangan ekonomi yang dilihat dari rasio gini saat ini sebesar 0,39. Pada Desember 2016, Jokowi menyatakan telah memerintahkan kepada Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution untuk mengkaji sebuah kebijakan komprehensif untuk mengatasi ketimpangan ekonomi dan sosial yang terjadi.

Presiden mengatakan silaturahim di antara seluruh pimpinan lembaga negara dapat menjadi pesan bagi masyarakat untuk terus menjaga persatuan dan kesatuan dalam menghadapi berbagai tantangan kebangsaan, tantangan global, dan ketidakpastian yang semakin berat.

JK, RRI, 14 Maret 2017.

KBRN, Jakarta : Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla menyatakan Pemerintah akan merealisasikan kebijakan ekonomi pemerataan dan berkeadilan untuk mengurangi kesenjangan dengan menumbuhkan ekonomi masyarakat menengah ke bawah. Gini rasio, Indonesia menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), mencapai 0,4, di mana telah terjadi ketidakadilan ekonomi yang berdapak pada tingginya ketimpangan antara masyarakat kaya dan miskin.

Indonesia mempunyai tingkat keadilan yang rentan dengan ketimpangan ekonomi hingga 0,7. Untuk itu, Pemerintah segera melakukan kebijakan pemerataan ekonomi melalui pemberian subsidi Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang berkeadilan, serta peningkatan pelayanan kesehatan dan pendidikan, guna mengurangi tingkat kesenjangan.

Kita akan bicarakan bahwa Pemerintah akan melaksanakan kebijakan ekonomi yang berkeadilan agar kesenjangan kita turunkan, sehingga bagaimana ekonomi diarahkan tumbuh dari bawah,” ungkap Wapres Jusuf Kalla kepada wartawan di Istana Wapres, Jakarta, Selasa (14/3/2017).

Upaya untuk mengurangi ketimpangan ekonomi juga harus diikuti pemanfaataan semaksimal mungkin sejumlah potensi daerah. Setiap daerah di Indonesia mempunyai ciri khas pengembangan ekonomi yang dapat dikembangkan, guna mengurangi ketimpangan ekonomi masyarakatnya. Indonesia juga dinilai mempunyai demografi jumlah penduduk yang strategis untuk menjalankan ekonomi kerakyatan dan berkeadilan.

“Masyarakat yang selama ini kurang itu harus diberikan keberpihakan,” kata Jusuf Kalla.

Ketimpangan ekonomi di tanah air juga telah menunjukan angka ketimpangan yang signifikan, dimana empat orang terkaya di Indonesia mempunyai pendapatan sama dengan satu juta orang yang tidak mampu di tahan air. (QQ/HF)

 

Pendapat Mereka tentang Kesenjangan/Ketimpangan

Sri Mulyani, Kompas, 2-3-2017

“Kalau saya sebut rasio gini (melebar), bukan berarti yang kaya makin kaya dan yang miskin makin miskin,” ujar Ani saat membuka sosialisasi Transfer Daerah dan Dana Desa di Jakarta, Kamis (2/3/2017).

Menurutnya, semua masyarakat Indonesia semakin kaya. Hanya saja kecepatan dari akumulasi kekayaan kelompok masyakat kaya dan miskin memiliki perbedaan.

Kelompok miskin, tutur dia, lebih lambat untuk menjadi kaya. Sementara bagi kelompok yang sudah kaya, justru lebih cepat untuk bertambah kaya.

Pemerintah, kata Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu, harus bekerja keras mempersempit tingkat ketimpangan. Caranya yakni mengoptimalkan penggunaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) oleh pemerintah pusat maupun daerah.

“Pesan dari sini, kita perlu gunakan instrumen dan desain pembangunan agar kesenjangan ini tidak semakin lebar,” kata Ani.

 

Sri Mulyani, Merdeka, 23-2-2017

Merdeka.com – Menteri Keuangan, Sri Mulyani membongkar penyebab masih tingginya ketimpangan antara si-kaya dan miskin atau gini ratio di Indonesia. Salah satunya adalah garis kemiskinan yang terus diwariskan dan tidak putus.

Ani, sapaan akrab Sri Mulyani menjelaskan, kemiskinan terus diwariskan karena seorang anak masih di janin ibu miskin saja sudah tidak punya peluang untuk menjadi sejahtera. Penyebabnya, anak tersebut sudah tidak tercukupi gizinya.

“Masyarakat miskin bisa diwariskan. Mereka miskin akhirnya anak tidak bisa sekolah. Di janin saja tidak dapat gizi cukup. Walaupun dia sekolah ada subsidi dari pemerintah, tapi anak itu tidak bisa berpartisipasi karena sudah tidak berkembang sejak di janin,” kata Ani di Hotel Aryaduta, Tugu Tani, Jakarta, Kamis (23/2).

Ani mengatakan, investasi pada janin menjadi salah satu penentu masa depan. Dia mencontohkan, seorang janin dalam perut ibu yang berstatus sarjana di Jakarta akan berbeda kualitasnya dengan janin yang berada di perut seorang ibu di NTT yang hanya lulusan SD.

“Sewaktu di perut mereka tidak punya peluang jadi orang sejahtera,” tegas Ani.

Melihat kondisi ini, Ani tidak hanya berdiam diri. Kebijakan fiskal terus diarahkan agar garis kemiskinan itu tidak terus diwariskan. Dana untuk daerah terus ditambah agar Pemda memperhatikan masyarakatnya.

“Kebijakan fiskal kita arahkan melalui porsi belanja Pemerintah RI. Sekarang anggaran kementerian di pusat sudah sama dengan dana untuk daerah. Bahkan daerah lebih banyak Rp 1 triliun,” katanya.

Banyaknya dana ini, Ani meminta Pemda untuk mengurangi atau menghilangkan warisan kemiskinan. “Ini salah satu kunci mengurangi kesenjangan atau gini ratio kita,” tutupnya.

 

Eni, BI, Republika, 28-2-2017

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA — Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan dan Pengawasan Sistem Pembayaran Bank Indonesia Eni Panggabean mengatakan, tingkat ketimpangan masih cukup tinggi di Indonesia. Rasio gini mengalami stagnasi sejak 2011 di angka 0,4, dan sedikit membaik pada September 2016 di angka 0,39.

Penyebab dari masih tingginya rasio gini tersebut adalah karena akses masyarakat terhadap fasilitas keuangan masih rendah, atau masih tingginya unbank people. Saat ini, fasilitas keuangan hanya 16 kantor per 100 ribu penduduk. Rasio kredit terhadap PDB pun masih 33,6 persen.

“Akibatnya, masyarakat kesulitan menampung aset, habis untuk keperluan sehari-hari,” kata Eni, dalam Rembuk Republik yang digelar Republika di Museum BI, Jakarta Selasa (28/2).

 

Sri Mulyani, Kumparan.com, 17-2-2017

Pemerintah terus berusaha keras menurunkan angka ketimpangan pengeluaran atau gini ratio. Sebab, meskipun indeks gini ratio pada September 2016 menurun tipis menjadi 0,394 dibanding Maret 2016 sebesar 0,397, ketimpangan tetap dinilai masih tinggi.

Hal ini diungkapkan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati saat mengisi kuliah umum dengan tema “APBN yang Efektif dan Kredibel untuk Membangun Negeri” yang digelar di Gedung Prof Soedarto Kampus Universitas Diponegoro, Tembalang, Kamis (16/2).

Acara ini juga dihadiri Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Civitas Akademika, dan ratusan mahasiswa Undip.

Oleh karena itu, untuk menurunkan angka ketimpangan, diperlukan kebijakan yang tepat seperti penyusunan instrumen fiskal yaitu APBN, kebijakan moneter bank sentral serta kebijakan ekonomi struktural berupa paket ekonomi yang kompetitif.

Tujuan pembangunan ekonomi Indonesia sudah jelas yaitu menciptakan keadilan dan kemakmuran bagi seluruh masyarakat Indonesia. Tujuan tersebut merupakan dua hal yang harus dicapai bersamaan,” jelasnya.

 

William Henley, Republika, 20-2-2017

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: William Henley *)

Awal Februari silam, Badan Pusat Statistik (BPS) melansir sebuah temuan penting. BPS mencatat angka ketimpangan pengeluaran penduduk (gini ratio/rasio gini) per September 2016 sebesar 0,394. Angka tersebut menurun tipis dibandingkan Maret 2016 yang tercatat 0,397.

Rasio gini September 2016 juga lebih baik dibandingkan posisi September 2015 sebesar 0,402. Perbaikan rasio ini jelas menjadi kabar menggembirakan pada tahun Ayam Api ini. Sebelumnya pada2008, rasio gini hanya 0,35.

Namun dari tahun ke tahun nilainya meningkat menjadi 0,41. Perwakilan Bank Dunia di Indonesia mengemukakan, rasio gini Indonesia tinggi lantaran sejumlah faktor, antara lain sedikitnya lapangan kerja, melambatnya pertumbuhan ekonomi, dan peningkatan pengangguran.

Terkait data terkini, berdasarkan penjelasan BPS, perbaikan rasio gini disebabkan kelompok ekonomi menengah ke bawah mengalami peningkatan pengeluaran lebih tinggi dibandingkan kelompok ekonomi teratas.

Per September 2016, pengeluaran kelompok ekonomi terbawah tumbuh 4,56 persen. Sementara kelompok ekonomi menengah bertumbuh 11,69 persen. Sedangkan kelompok ekonomi teratas hanya tumbuh 3,83 persen.

Pelemahan pertumbuhan pengeluaran kelompok ekonomi teratas tak dapat dilepaskan dari pelemahan ekonomi global yang menyeret Amerika Serikat dan Cina. Padahal, kedua negara itu adalah mitra dagang utama Indonesia. Perbaikan harga komoditas belakangan belum banyak membantu.

Sementara peningkatan pengeluaran kelompok ekonomi menengah dan terbawah disebabkan peningkatan persentase jumlah penduduk yang bekerja. Entah itu yang bekerja sendiri maupun bekerja dengan status tidak dibayar. Survei terakhir pada Agustus 2016 menunjukkan jumlah angkatan kerja yang membuka usaha sendiri meningkat 4,77 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Dukungan UMKM

Peningkatan pembukaan usaha sendiri dimotori oleh sektor usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Mencermati data BPS ini, sudah seyogianya perbaikan ketimpangan tidak hanya dilihat dari dimensi makro ekonomi semata. Di samping mengurangi ketimpangan dengan jalan memudahkan akses kelompok ekonomi menengah dan terbawah terhadap pendidikan dan kesehatan, peningkatan dukungan konkret kepada UMKM juga harus diwujudkan.

Sebab, telah terbukti berulang kali UMKM dapat menjadi tumpuan di kala kelesuan sedang melanda ekonomi global maupun nasional. Kita semua memahami, UMKM merupakan komponen krusial dalam perekonomian Indonesia. Indikatornya begitu banyak.

Misalnya dari sisi jumlah, mengacu pada data Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Kemenkop dan UKM), jumlah UMKM mencapai 57.895.721 unit (2013). Mayoritas dari jumlah tersebut adalah usaha mikro dengan jumlah 57.189.393 unit. Sedangkan sisanya merupakan usaha kecil 654.222 unit dan usaha menengah 52.102 unit.

Kemudian, kontribusi UMKM terhadap perekonomian Indonesia dari sisi tenaga kerja mencapai 104.624.466 tenaga kerja. Sementara dari sisi produk domestik bruto (PDB), UMKM menyumbang Rp 5.440 miliar dari total PDB pada 2013 yang tercatat sebesar Rp 9.014 miliar.

Namun demikian, bukan berarti pengembangan UMKM tanpa hambatan. Pemerintah, seperti kita ketahui, sudah berusaha untuk berupaya menaikkan kapasitas UMKM. Istilahnya agar pengusaha mikro kecil dan menengah naik kelas.

Faktor sumber daya manusia (SDM), akses pemasaran, dan yang terakhir modal usaha menjadi faktor yang membatasi. Betul bahwa pemerintah memiliki program Kredit Usaha Rakyat (KUR). Nominal pembiayaan yang disalurkan melalui bank-bank juga terus mengalami peningkatan hingga melebihi Rp 100 triliun pada tahun ini.

Akan tetapi, patut dipastikan bahwa penerima KUR benar-benar menggunakan untuk meningkatan kelas UMKM yang dikelola. Sebab, berbagai temuan di daerah menunjukkan penyalahgunaan KUR. Alih-alih untuk usahanya, dana segar dari KUR malah dipakai untuk melunasi utang yang digunakan sebagai modal usaha.

Kualitas SDM

Aspek lain yang tidak kalah penting untuk menjaga momentum perbaikan ketimpangan ini adalah peningkatan kualitas SDM, khususnya di bidang kewirausahaan (entrepreneurship). Wirausaha belakangan tumbuh subur lantaran ditopang kemajuan teknologi. Dengan demikian, jamak ditemukan, lahirnya pengusaha-pengusaha baru.

Mereka memanfaatkan internet untuk mendukung produksi hingga memasarkan produk kreasi mereka. Tak ketinggalan peran penting media sosial maupun aplikasi pesan semisal WhatsApp hingga LINE. Akan tetapi, pendampingan kerap kali tak diperoleh.

Ujung-ujungnya, ketika sedang menemukan kesulitan, para pengusaha UMKM seolah menemui jalan buntu. Usahanya pun terkendala bahkan hingga gulung tikar. Berkaca dari fakta yang kerap ditemukan, peran pendamping jelas tidak dapat diremehkan.

Pemerintah memastikan bahwa kebijakan untuk meningkatkan kualitas SDM bersifat affirmative action. Artinya, kebijakan yang diambil bertujuan agar kelompok atau golongan tertentu memperoleh peluang yang setara dalam bidang yang sama. Harapannya pemodalan kelompok ekonomi terbawah pada khususnya bisa mendapatkan kesempatan untuk meningkatkan kapasitas serta memperbaiki kualitas hidup.

Sehingga pada akhirnya, ketimpangan antara kelompok ekonomi terbawah dan teratas bakal semakin berkurang. Sebagaimana harapan semua pihak, tak terkecuali Presiden Joko Widodo yang berulangkali menekankan permasalahan ini. Apalagi, ketimpangan menjadi permasalahan global, tidak hanya di Indonesia semata.

 

Editorial Neraca, Neraca.co.id, 28-2-2017

Kita melihat pemerintah terus mengusahakan kebijakan selain kebijakan transfer cash yang saat ini diklaim sebagai salah satu sebab perbaikan angka rasio gini, meskipun kecil. Kebijakan itu adalah kebijakan yang mampu menambah nisbah output pembangunan ekonomi (PDB) yang bisa dinikmati oleh penduduk 40% berpendapatan rendah. Barulah penambahan pendapatan bagi 40% penduduk berpengeluaran rendah menjadi penurunan tingkat ketimpangan yang tidak semu.

Kebijakan tersebut adalah: industrialisasi pertanian, peningkatan akses pelayanan dasar bagi 40% penduduk berpengeluaran rendah, peningkatan skill tenaga kerja, akses modal dan kesempatan yang sama.

Industrialisasi pertanian di sini maksudnya lebih kepada peningkatan value added sektor pertanian dengan mengusahakan kegiatan on farm pada skala ekonomi yang optimum.

Kebijakan berikutnya adalah peningkatan akses pelayanan dasar bagi 40% penduduk berpengeluaran rendah, berupa akses terhadap pendidikan dan kesehatan gratis. Akses pelayanan dasar tersebut menjadi sebab produktifnya manusia. Bagi 40% penduduk berpengeluaran rendah akan menjadikan mereka memiliki peluang untuk lebih produktif dan meningkatkan penghasilan mereka.

Akses pelayanan dasar itu harus dibarengi dengan kebijakan peningkatan skill. Bagi mereka yang mampu menyelesaikan pendidikan setingkat SMU/SMK, maka pelatihan peningkatan skill menjadi penting agar lulusan SMU/SMK menjadi lebih kompetitif dan berdaya saing dan peluang untuk mendapatkan pekerjaan lebih baik terbuka lebar. Juga pemberian akses modal menjadi penting bagi 40% penduduk berpengeluaran rendah. Semoga!

 

Suhariyanto, BPS, Katadata.co.id, 1-3-2017

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto tidak mempersoalkan perbedaan metodologi dan sumber data yang digunakan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Oxfam dan International NGO Forum on Indonesia Development (lNFlD) dalam laporannya. Secara garis besar laporan ini menunjukan persoalan yang sama dengan survei yang dilakukan BPS, yakni tingkat ketimpangan yang relatif tinggi di Indonesia.

“Dengan data Susenas (survei sosial ekonomi nasional), BPS setiap tahun menghitung berdasarkan gini rasio, tahun ini 0,39 pada September 2016. Yang digunakan oleh Oxfam data yang berbeda, tapi kalau dilihat fenomena yang terjadi sama. Ketimpangan masih jadi PR (pekerjaan rumah) besar,” kata Kepala BPS Suhariyanto saat konferensi pers di kantor BPS, Jakarta, Rabu (1/3).

Suhariyanto mengatakan dalam mengukur ketimpangan, banyak metodologi dan sumber data yang bisa digunakan. BPS sendiri menggunakan gini rasio. Gini rasio ini diukur dari tingkat pengeluaran suatu rumah tangga. Pengukuran ini jelas berbeda dengan yang digunakan oleh Oxfam dan INFID yang menggunakan besaran wealth (kekayaan).

Penggunaan ukuran berdasarkan pengeluaran ada kaitannya dengan budaya rumah tangga Indonesia yang sulit mengungkapkan pendapatannya. Kalaupun mau, itu hanya sebatas estimasi. Rumah tangga Indonesia lebih mudah mengungkapkan pengeluaran.

Suhariyanto mengatakan persoalan utama yang harus diselesaikan adalah bagaimana menurunkan ketimpangan. Menurutnya, beberapa cara yang telah ditempuh pemerintah antara lain, menurunkan ketimpangan kesempatan, memudahkan rakyat  memperoleh akses pendidikan, dan modal.

Pemerintah juga telah membuat berbagai strategi untuk memecahkan ketimpangan lewat redistribusi dan legalisasi lahan. “Selain itu ada, peningkatkan akses modal, penguatan kartu pintar dan sehat, pendidikan vokasi, sektor pariwisata, otomotif, dan lainnya,” katanya.

Seperti diketahui, pekan lalu Oxfam merilis laporan yang menyatakan bahwa harta empat orang terkaya di Indonesia mencapai US$ 25 miliar atau setara Rp 333,8 triliun. Sedangkan total kekayaan 100 juta penduduk miskin di Indonesia sebesar US$ 24 miliar atau sekitar Rp 320,3 triliun.

Juru Bicara Oxfam Indonesia Dini Widiastuti menjelaskan, data tersebut diperoleh dari laporan Credit Suisse. “Pada dasarnya perhitungan datanya (dari) global wealth data box yang diproduksi Credit Suisse Research Institute. Bisa kelihatan prosentase share-nya,” kata Dini kepada Katadata, Senin (27/2).

Menurut Dini, dalam laporan Credit Suisse disebutkan bahwa 40 persen atau 100 juta penduduk miskin Indonesia memiliki kekayaan 1,36 persen dari total kekayaan penduduk nasional. Dari data tersebut disimpulkan bahwa kekayaan 40 persen penduduk termiskin Indonesia sebesar US$ 24 miliar atau setara Rp 320 triliun.

Data tersebut kemudian disandingkan dengan data Forbes tentang daftar orang terkaya di Indonesia dan jumlah kekayaannya. Dari data tersebut diperoleh data bahwa total harta empat orang terkaya Indonesia mencapai US$ 25 miliar atau setara Rp 333 triliun. Ini artinya lebih besar dibanding harta 100 juta penduduk termiskin Indonesia.

 

Mardiasmo, Wamen Keu, Sindo, 21-2-2017

YOGYAKARTA – Kementerian Keuangan memperingatkan Daerah Istimewa Yogyakarta perihal semakin memburuknya angka gini ratio. Saat ini angka gini ratio di Yogyakarta terburuk dari seluruh daerah di Indonesia. Padahal tahun sebelumnya masih berada di urutan kedua terburuk di Tanah Air.

Wakil Menteri Keuangan Mardiasmo mengaku sudah berbicara dengan Gubernur Yogyakarta, Sri Sultan Hamengkubuwono X terkait angka gini ratio tersebut. Di Yogyakarta ini, kebanyakan yang terjadi adalah pengangguran kelas tinggi (high unemployment).

Hal ini terjadi akibat sistem pendidikan yang banyak dikembangkan di wilayah yang disebut Kota Pelajar ini. “Yogyakarta ini Kota Pelajar tetapi terlalu generalis,” tuturnya, Selasa (21/2/2017).

Ia memperingatkan agar ada perubahan arah pendidikan yang ada saat ini. Ia menyarankan agar pendidikan di Yogyakarta tidak terlalu generalis seperti saat ini. Karena terlalu generalis atau umum, maka orientasi pembelajaran juga bukan berdasarkan kebutuhan dunia kerja yang ada.

Ketika pendidikan yang ada masih bersifat generalis, maka tidak ada sinkronisasi dengan dunia kerja. Dimana lulusan yang dihasilkan spesifikasinya tidak sesuai dengan tenaga kerja yang dibutuhkan industri. Ketika diterima kerja pun, lulusan perguruan tinggi ini harus melalui ditraining terlebih dahulu.

Namun dengan sistem pendidikan vokasi, maka lulusannya langsung bisa diserap dunia kerja. Karena biasanya banyak perusahaan ataupun industri yang mencari tenaga kerja siap pakai.

Bahkan banyak yang menarik mahasiswa vokasi ke dunia kerja mereka meskipun belum lulus. “Jika pengangguran berkurang, saya yakin gini ratio akan membaik,” ujarnya.

 

JB Priyono, BPS DIY, Sindo, 9-2-2017

DIY memiliki gini ratio 0,425 selisih 0,031 lebih buruk dari rata-rata nasional. Sementara Bangka Belitung mencatat angkat gini ratio pada 0,288, selisih 0,106 lebih baik dari rata-rata nasional.

“DIY tercatat sebagai provinsi yang mencetak ketimpangan pengeluaran terparah karena indikasi statistik menunjukkan di perkotaan DIY, total pengeluaran penduduk 20% terbawah hanya 5,66% dari total seluruh pengeluaran penduduk,” tutur Kepala BPS DIY, JB Priyono, Kamis (9/2/2017).

Menurutnya, angka kebahagiaan di Yogyakarta cukup tinggi meskipun kesenjangan di DIY juga paling parah di Indonesia. Hal ini menunjukkan jika Yogyakarta masih dianggap sebagai tempat yang nyaman untuk tinggal. Selama ini biaya hidup di Yogyakarta masih tergolong lebih murah dibanding kota atau provinsi yang lain.

 

Tavip Agus Rayanto, Bapedda DIY, Tribun Jogja, 2-2-2017

Kasusnya, di DIY ini pertumbuhan infrastruktur itu kan cepat namun pertumbuhan infrastrukturnya yang menyerap berasal dari golongan menengah atas yang pendapatannya tinggi, sehingga yang miskin tidak mampu mengejar golongan atas,” ujar Tavip pada Kamis (2/2/2017).

Saat ini, Pemda DIY melakukan rapat pembangunan infrastruktur yang berupaya mampu menurunkan ketimpangan melalui program-program pemberdayaan masyarakat.

Tahun 2017, program pemberdayaan berfokus pada pemberdayaan pelatihan non-skill.

Dijelaskannya, ada tiga program, yakni bagi masyarakat usia senja diberikan bantuan sosial, sedang yang usia produktif diberikan program pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan skill. kedua, bagi pengusaha Mikro Kecil yang memiliki persoalan keuangan, akan dibuka jaringan perbankan.

Terakhir, Pemerintah akan membangun dengan jejaring swasta melalui program Corporate Social Responsbility (CSR)-nya.

“Yang lebih utama adalah bagaimana anggaran-anggaran swasta itu bisa digunakan untuk memberdayakan masyarakat melalui jaringan CSR mereka. Selain itu kita juga berikan keahlian karena rata-rata masyarakat miskin tidak punya keahlian sehingga tidak bisa menyerap lapangan pekerja yang ada,” ungkapnya.

 

Edy Suandi Hamid, UII, KR, 20-2-2017

YOGYA (KRjogja.com) – DIY merupakan daerah yang memiliki ‘magnit’, sehingga menarik untuk didatangi. Selain untuk berwisata, menempuh pendidikan, hingga berusaha dan berinvestasi. Para pendatang tersebut, membelanjakan dananya cukup besar, jauh dibandingkan masyarakat lokal DIY. Perbedaan belanja yang cukup besar tersebut, menyeret DIY sebagai gini ratio sebesar 0,425, yakni terburuk di Indonesia, atau daerah dengan ketimpangan tertinggi dalam belanja masyarakatnya. Selain itu, tingkat kemiskinan di DIY juga masih tinggi dari rata-rata nasional, meski angkanya mengalami penurunan.

Badan Pusat Statistik (BPS) DIY mencatat gini ratio DIY sejak 2013 hingga 2016 tidak banyak bergeser. Pada 2013 mencapai 0,44 kemudian turun menjadi 0,42 lalu pada 2015 hanya 0,42 yang tidak kunjung hingga tahun 2016 lalu. Tingkat kemiskinan DIY pada 2016, menurun menjadi 13,10 persen,  meskipun jumlah orang miskin bertambah menjadi 488.830 orang dibandingkan tahun 2015.

Ketimpangan yang tinggi tersebut, menurut pakar ekonomi dari Universitas Islam Indonesia (UII), Prof Dr Edy Suandi Hamid MEc terkait dengan distribusi pendapatan yang tidak merata antara lain distribusi aset (kekayaan) masyarakat yang timpang. Hal ini harus dicermati terutama penyebab angka ketimpangan menjadi tinggi yaitu masyarakat miskin di DIY masih sangat banyak, khususnya di sektor pertanian. “Masyarakat perlu diatur supaya tidak kontraproduktif pendapatannya. Ketimpangan terjadi di DIY karena yang kaya tumbuh cepat dan yang miskin justru tumbuh lambat, hal ini perlu didorong supaya tumbuh lebih cepat,” papar Edy.

Menurut pakar ekonomi dari UPN Veteran Yogyakarta, Ardito Bhinadi, untuk mengatasi ketimpangan pengeluaran ini cukup sulit karena terkait gaya hidup dan daya beli masyarakat antara warga lokal dan pendatang. Namun demikian, bukan berarti tidak dapat diatasi. Upaya tersebut menurut Ardito, perlunya keperpihakan pemerintah, khususnya dalam mendorong daya beli masyarakat DIY. Yakni dengan memberdayakan  pelaku usaha dan pemberdayaan masyarakat lokal. Sebab usaha lokal ataupun tradisional di DIY banyak sekali yang terpinggirkan dengan adanya toko modern berjejaring, maraknya perhotelan, restoran hingga pusat perbelanjaan yang besar.

Pengeluaran terkait erat dengan gaya hidup, meskipun pendapatan naik tetapi kalau gaya hidupnya hemat dan sederhana tetap muncul kesenjangan. Kita harus melihat adanya karakter masyarakat setempat dengan lingkungan perekonomian di DIY  dan kemiskinan di DIY ini tinggi karena konsumsinya lebih kecil dibandingkan daerah lainnya,” tegas Ardito.

Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) DIY, GKR Mangkubumi mengharapkan agar masyarakat DIY tidak menjadi penonton akibat kesenjangan pengeluaran ini. Mereka harus memanfaatkan peluang seoptimal mungkin, termasuk dengna magnit para pendatang ke DIY. (Ira)

 

J Bambang Kristianto, Ka BPS DIY, Harjo, 20-4-2016

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) DIY J Bambang Kristianto menyebutkan rasio gini di DIY masih tinggi yakni 0,42 dan melebihi rasio gini nasional sebesar 0,40.

Distribusi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada 2015 juga didominasi orang kaya. PDRB DIY sebesar Rp101 triliun dimana 44,09% dinikmati penduduk golongan tinggi yakni 20% dari total penduduk.

Sementara itu, 36,12% dari PDRB dinikmati masyarakat kelas menengah yang sebesar 40% dari total penduduk, dan sisanya 19,79% dari PDRB dinikmati penduduk kalangan terendah yang sebesar 40% dari total penduduk.

Ketimpangan paling tinggi terlihat di Sleman karena ada arus urbanisasi. Ada pergerakan dari penduduk desa ke kota. Namun, saat berpindah ke kota, mereka tidak bisa mendapatkan pekerjaan dengan gaji yang pantas karena rendahnya tingkat pendidikan. Mereka hanya bisa bekerja di sektor informal dengan pendapatan yang kecil.

Sebaliknya, di Sleman juga terdapat penduduk kaya yang tinggal di  kondominium. Jika dipilah secara kecamatan, ketimpangan paling besar terjadi di pusat kota misalnya di Depok, Mlati, Ngaglik.

“Untuk Jogja, ketimpangan besar pasti terjadi di setiap kecamatan. Kondisinya sama, ada masyarakat yang tinggal di rumah sangat sederhana, ada pula yang tinggal di kondominium,” ungkap dia kepada Harianjogja.com ketika ditemui di Gedung BPS DIY, Jl Lingkar Barat, Bantul, Selasa (19/4/2016).

Pemerintah harus bisa memberikan keberpihakan kepada masyarakat agar mendapatkan pekerjaan dengan gaji yang pantas. Masyarakat yang masuk golongan rendah seolah terkotak karena tidak memiliki daya saing yang tinggi karena rendahnya pendidikan.

Selain itu, usaha yang dirintis sulit berkembang karena keterbatasan modal. Ketika akan mengakses pinjaman modal ke bank juga mendapatkan kesulitan karena belum ada kesadaran untuk berinovasi dan susah mendapatkan kepercayaan dari bank.

Ketimpangan terendah terjadi di Gunungkidul namun cenderung ke arah homogen miskin. Hal itu menandakan, perkembangan wisata yang pesat belum menyentuh masyarakat di sekitar objek wisata. Ekonomi pariwisata lebih berdampak pada bidang perhotelan, perdagangan, dan industri olahan.

Keberagaman objek wisata yang menarik belum diimbangi dengan fasilitas pendukung yang mendukung dan bersih. Hal itu menyebabkan, wisatawan khususnya dari kelas atas memilih untuk kembali ke Wonosari atau Jogja untuk makan dan tinggal.

Kenapa Gini Ratio Jogja tinggi?

Jogja, jogja, tetap istimewa, istimewa negrinya, istimewa orangnya..

Itulah sepenggal lirik Jogja istimewa yang dinyanyikan oleh Jogja Hip Hop Foundation. Mantap, membikin hati membuncah bangga, merasa menjadi sekeping bagian dari yang istimewa.

hqdefault
Jogja hip hop Foundation Youtube

Tetapi, selain negri dan orangnya, ada beberapa hal lain yang juga ikut-ikutan istimewa. Ada yang benar-benar mau ikut; nggak sengaja ikut, tapi kecantol turut; atau ada juga yang diikut-ikutkan, meski sebenarnya ngga mau.

Kiro-kiro iki bahasan opo to mas dab?

Hura weruh bro, sing penting kene ki nunut ngiyup, pejah gesang tumut sinten, kulo nggih mboten ngertos. Melu mbak Gini wae piye?

La ditakoni kok malah genten takon?

Ha nek ra takon ki ketok-e ming meneng wae, malah didarake ra dong opo-opo, je, ha nek takon kan ,,, ‘wah ba’e jek isoh ngetokne ukoro’, lak yo ngono ta ora?

Mbuh, omongan karo koe marai tambah mumet!

Kalo sampeyan kemarin-kemarin ini (Februari 2017) membaca koran, tentu bertanya-tanya dalam hati kenapa mbak Gini dan mas Rasio yang tinggi itu suka mampir ke jogja. Apa karena Jogja is timewa?

jogja_istimewa_by_roywicaksono-d473h2a
Orig01 Deviant art

Meski diri berkaca dengan seyakinnya, ngga ada istimewanya sama sekali, apa kita orang pinggiran, juga bisa disebut orang istimewa.

“Apa pakde tukang becak yang tidur malam di becaknya di emperan ruko selatan Progo itu juga istimewa??”

Tukang becak tidur di atas becaknya saat menunggu penumpang di Jalan Malioboro, Yogyakarta, Senin (26/1)
Beritadaerah.co.id

“Apa bapak tukang jual mainan ‘othok-othok’ itu juga istimewa?”

“Apa saya yang kuliah, skripsi ga jadi-jadi ini juga istimewa?”

“Apa mereka yang jomblo, tiap malam berteman guling, juga istimewa?”

“mbak Gini dan mas Rasio, kenapa memilih Jogja? jawab dengan kirim sms ke nomor 777777!”

Berdasarkan data dari BPS, sebut katadata, Gini Rasio Yogyakarta tertinggi se-Indonesia. Gini Rasio Yogyakarta pada September 2016 sebesar 0,425, lebih tinggi dari posisi Maret 2016 dan September 2015, yakni 0,42.

Gini Rasio: Koefisien Gini (Gini Ratio) adalah ukuran ketidakmerataan atau ketimpangan agregat (secara keseluruhan) yang angkanya berkisar antara nol (pemerataan sempurna) hingga satu (ketimpangan yang sempurna).

Tingginya gini rasio tentu bukan prestasi bagus. Karena sebenarnya prinsip didirikannya negara Indonesia adalah untuk keadilan sosial bagi seluruh rakyatnya, sebagaimana disebut dalam Pancasila sila kelima. Alias mengecilkan gini rasio.

Jadi, kita saat ini, sebagai warga Jogja boleh ngga’ sedikit bertanya kepada yang duduk di sana, sejauh mana kamarentah benar-benar bekerja untuk seluruh rakyatnya. Bukankah adanya kamarentah untuk membangun, meng-adil-kan, memeratakan?

Realita

Gaji

Tentang gaji, standar gaji 2017 propinsi DIJ adalah sbb:

Berikut rincian upah minimum di wilayah DIY:

1. Kota Yogyakarta menjadi Rp 1.572.200 atau naik Rp 119.800

2. Kabupaten Sleman Rp 1.448.385 atau naik Rp 110.385

3. Kabupaten Bantul Rp 1.404.760 atau naik Rp 107.060

4. Kabupaten Kulonprogo Rp 1.373.600 atau naik Rp 104.730

5. Kabupaten Gunungkidul Rp 1.337.650 atau naik Rp 101.950

Sementara hasil keputusan Gubernur DIY untuk Upah Minimum Provinsi (UMP) tahun 2017 sebesar Rp 1.337.645,25. Sumber: KRjogja.

Dapat apa uang segitu:

Makan, anggap aja makan 10rb, x 3, x 30 = 900rb

Transport, bensin, anggap aja 30rb seminggu, x 4 = 120rb

sisa = 1,3 -1,02 = 128.000

Anggap aja untuk pulsa, sari roti, sabun, odol, sampo, taro, mie gemes, beli koran Tribun atau KR, sendal jepit, hanger. Atau keperluan kecil lainnya.

Belum ada anggaran untuk kos, kredit motor, beli baju, batik, celana panjang, sempak.

Kalo cewek belum ada anggaran untuk pembalut, makeup, dan keperluan kecil lainnya.

Dapet gaji UMP UMR itu sudah bagus, ada beberapa jenis pekerjaan yang digaji lebih kecil, karena memang jenis usahanya kecil. Seperti buruh laundry, penjaga konter pulsa, operator warnet, pembantu rumah tangga, dst.

Namun begitu, banyak juga yang gajinya berkali-kali lipat dari UMP UMR, seperti: dosen, PNS, level manajer (mbuh hotel, properti, driver grab car, member MLM melia, pokoknya yang lagi in saat ini).

Harga-harga

Kalo masalah makan, DIJ memberi segala kemungkinan kepada seluruh lapisan masyarakat.

Ada gudeg seharga 7000, ada juga yang harganya puluhan ribu, atau ratusan ribu.

Sego kucing di angkringan, 2000. Hokben di Amplaz 50.000 belum termasuk pajak. Pizzahat ratusan ribu.

Harga sandang, ada yang awul-awul belasan ribu, ada sekelas batik danarhadi jutaan rupiah untuk satu potong hem batik.

Harga papan. Nah ini yang jadi masalah. Semenjak kondangnya Jogja sebagai kota pemenuh harapan seluruh rakyat Indonesia, mulai sebagai kota wisata, kota paling liveable, kota pendidikan, predikat pernah ibukota, kota romantis, kota paling instagramable, kota istimewa dst, dst. seakan-akan semua orang pengin menautkan kenangan batinnya dengan jogja.

Tindakan yang paling nyata tentunya berharap memiliki secuil bidang tanah, sehingga kalau-kalau pensiun nanti bisa menikmati hari tua, menimang cucu di tanah harapan ini.

Hal itu semakin menjadi-jadi ketika mbak dian sastro dan mas rangga yang klepek-klepek juga menikmati sate klathak di kota dengan duduk bersila, sementara disana musisi jalanan mulai beraksi, memalak pembeli culun yang gentar hanya dengan dipelototi…

Akankah kusalahkan Kla Project yang membuat harga tanah jogja membumbung tinggi???

Anda yang sudah beli tanah di Jogja sebelum tahun 2010, tentu masih bisa bersyukur, beruntung. “Untung dulu sudah beli sewaktu harga masih 200rb permeter.”

Kalo sekarang, 2017, angkanya menjadi mulai 2 juta per meter.

Taruhlah dahulu, untuk mulai membangun rumah sederhana butuh 100m, bisa dibeli dengan, 200.000 x 100 = 20.000.000, 20 juta.

Sekarang, 2.000.000 x 100 = 200.000.000, 200 juta.

Itu hanya tanahnya, belum rumahnya. Kalo sekalian rumahnya ya tambahkan setidaknya 150 juta lagi.

Pertinyi’innyi, siapakah yang dapat memperoleh tanah 100m+rumahnya seharga 350jt tersebut?

Sementara, UMRnya aja 1,5 juta. Bukalah kamus kredit dari BPD Jogja, Bank Mandiri, Bank BRI, atau Bank Pasar Sleman, bagaimana skema kreditnya.

Anggap aja seperti gambar di bawah ini:

tabel-angsuran-kredit-swaguna-bpd-yogyakarta
Ini data dari wirdan.wordpress.com, tabel kredit 2012 BPD Jogja

Lihat yang paling mentok, 99 jt, dengan angsuran 1,7 juta, jangka waktu 10 tahun.

Ha nek gajine wae 1,5 juta, entuk seko duit semono seko ngendi? Durung sing dinggo mangan mbendino,,,, (Pusing)

Bagi yang duitnya masih lebar selebar daun pisang, tentu akan menukarkannya dengan bidang-bidang tanah yang lain, sementara barisan UMR-er melolong, biaya kontrak rumah juga ikut istimewa.

Faktor pemicu ikutannya, ingpestor juga melihat Jogja sebagai tempat beternak ‘uang’-nya yang turah-turah. Terlihat dari menjamurnya hotel dan mall di tanah mataram ini. Bahkan tanah samping kuburan pun disikatnya. Sing penting bathi lek! Biar duitnya berkembang, menguntungkan.

Kenyataan ini benar-benar merusak harga pasaran tanah. yang dulunya hanya ratusan ribu, sekarang dalam tempo sesingkat-singkatnya, tak perlu berbilang puluhan tahun, harga sudah berpuluh kali lipat.

Sekali seorang tertinggal, tak segera membeli tanah, itu artinya segera saja aset finansialnya terbelah jurang menganga di depannya.

Misal: di tahun 2009, dengan uang 40jt, Adi sudah bisa dibelikan tanah 400m, dengan asumsi harga per meternya 100 ribu. Meski tak punya uang sebanyak itu, dengan gaji seadanya dan tabungannya dia bisa mencicil dengan hitungan yang masih bisa untuk hiduplah.

Temennya, Bimo, dengan gaji yang sama, namun duitnya hanya untuk mengontrak rumah, namun sisa gajinya masih tergolong lebar. Saat ini, 2017, dengan tindakannya tidak berani beli tanah duluan, tanah pun belum tentu bisa kebeli. Padahal harganya sudah 10 x lipat. 40 x 10=400jt.

Terjadilah kesenjangan.

44968495_dzaba4z9xuybo7hsylh7hnehsp2slk5yibdzo7uf5fkDi belahan kehidupan lain, gen Z menikmati percakapan WAnya dengan syahdu, di pojok foodcourt mall, menunggu tontonan CGV, bersama yang-nya. Tak peduli mbak gini dan mas rasio mengintainya. Entah saat mereka menikah, berapa harga tanah di Jogja. Bisakah harga tanah turun?

Lihat juga:

 

12 Tahun yang lalu

Sudah 12 tahun, sejak tepat tanggal 20 Desember 2005, posting blog ini ditulis pertama kali. Sampai saat ini, 27 Februari 2017, wordpress.com masih eksis menghostingi ribuan atau mungkin jutaan blog, website, di seluruh dunia, secara gratis.

Bandingkan jika kita menyewa hosting di perusahaan berbayar. Satu tahun dua tahun, masih ada uang untuk membayar sewa hosting dan domain, tahun ketiga, dan seterusnya, jika tak ada uang masuk yang cukup, hilanglah file beserta domainnya. Kecuali, kalau sempat mem-backup. Dan, jika mungkin tidak lupa menaruhnya.

Semoga wordpress.com masih bisa berumur panjang jg, biar file-file kita selamat, sampai hari kiamat.

 

 

Jaman ra enak

sewaktu pertama-tama kenal dengan internet, saya dan sebaya saya mungkin masih ingat, konek internet di rumah dengan RJ11, modem PCI, bersama pentium II, trus dengan mengetikkan nomor ajaib 0809-8-9999 tunggu sebentar …. trus ada bunyi …. tut tut tololilot tot tot…. jreng, maka akan terhubunglah komputer kita dengan dunia maya.

19

komputer lugu berbackground windows 98 se, winamp versi 2, kalo nonton VCD dengan xing media player, atau power dvd, semenjak dicolokin modem pci, langsung muter-muter simbol e di pojok kanan atas.

win98se

 

sayangnya e-nya muter-muter terus ngga rampung-rampung. alias dudul bingitz. siapa e itu? coba tebak!

ya dialah yang bernama internyet explorer

ya itu, sodaranya netscape internet navigator

ns404

keren buanget kan namanya.

keren namanya nggak sekeren kasunyatane

iki podo wae karo tonggo kose sampeyan nggawe indomie goreng,,, ambune huenak ra ilok-ilok, tapi kanggone sing mangan mie-ne yo biasa wae, luweh enak nek sampeyan melu mesen ning burjo terdekat, pesene spesial, tambah telor ceplok, moto kebo, tambahi sawi, luncang, brambang goreng, karo sledri. kuwi dijamin luweh maknyosssssssssssssssssssssssssss kotos kotos

dsc_7153

itu jaman ra enak saya, beda dengan jaman ra enak bapak atau ibuk saya

mereka biasanya menceritakan ga enaknya hidup di jaman dia kecil, misal susah makan, makan cuma singkong, telo, srapah, ontong pisang, uwi, mbili, pok batang pisang.

ya mereka hidup di jaman susah secara fisik. rumah dibom belanda, hidup di pengungsian. masih ditambah jaman g30s 65. pergi kemana-mana musti bawa surat jalan, jalan kaki.

susahnya saya ya cuma itu internet lola

nah, beda lagi di anak-anak yang lahir setelah jaman repot nasi. setelah pak harto lengser keprabon, ga dadi presiden ga patheken. yang pada tahun 2011-an kenal dengan yang namanya smrat pone.

smartphone fo dumb people itu…

jaman ga enaknya adalah, ketika galau, ga punya pulsa untuk chatingan sana-sini, socmed tiap hari, di tempat tidur, di atas motor, di atas genteng, every day, every time hanya untuk soc med.

naik-motor-sambil-main-hape_thumb

tentu saya ga mudeng bagaimana hal-hal tersebut bisa disebut jaman ra enak bagi adik-adik jaman sekarang.

begitu juga bapak/ibu saya, nggak mudeng juga ngopo kok saya susah wong wes ditukokne komputer larang-larang, jik isoh dinggo nge-game, ngrungokne lagu, nyetel vicidi, ngetik layang. padahal, di pikiran mereka, sudah sangat beruntung bisa menonton tv tiap malam dengan beberapa channel di pindah-pindah. dengan remote pula. sakdurunge kudu marani tivine, utowo ngongkon anake kon mindah, kuwi jek diputer ora mencet!!!!

sekarang ada rcti, sctv, antv, indosial, kompastv, rb tv, macem-macem lah. karena di jamannya channel tv itu kalo malem cuma satu. namanya TVRI !!! itu aja tiap bulan rumahnya masih diparani tukang iuran tv.

ngga percaya? liat nohbuku iuran tvri

nonton sak chennel wae ndadak mbayar. telek pitik tenan pora kui???

nek pengen dua chanel bisa! pasang antena dua. yang satu harap ke timur, arah suroboyo, yang satu hadap ke barat daya. arah ke jogja. dapet tvri suroboyo dan tvri jogja. yang satu ludrukan yang satu mbuh opo rakelingan. mesthi sampeyan ngguyu ngguyu kelingan nonton jamu depot kirun, bagyo, mbek kholik.

kirun-kolik-bagio

opo nek sing jogja isine yati pesek yo…

atau sing iki, ketoprak sing bintange ria enes, mbok ne susan.

intine, kabeh mau ono jamane dewe-dewe, jaman ra enake setiap generasi ki bedo-bedo.

wes lah kedawan.

NB, nambah beban: gambare seko ngendi-ngendi golek ning google saktemune, sepurane lek gak ngomong sampeyan, nek ra gelem dipasang ning kene, sampeyan lebokno meneh wae ning dompet, jok diumbar ning internet. mengko poto bojone, pacare sampeyan, utowo anakmu yo isoh tak pasang ning kene. iki sih mending ora tak oret-oret nganggo mspaint

Mengikuti Pelatihan IT, BRO!

Hari ini saya memenuhi undangan untuk dilatih tentang IT. Di kantor memang menjadi pekerjaan saya mengupdate website. Nah, terkait pekerjaan itu, kantor pusat punya gawe untuk –kayaknya sih- agar pegawai-pegawainya lebih pintar, begitu. Jadi, ceritanya agar pegawai-pegawai tersebut, termasuk saya, meningkat kemampuannya dalam hal IT.

Sebenarnya bukan Cuma hari ini. Pelatihan ini sudah dimulai sejak dua hari yang lalu. Hari pertama diberi penceramahan tentang kerjasama. Tepatnya dari Bagian Kerjasama. Hari kedua, tentang humas. Yang mengisi dari Bagian Humas.

Hari ini, saya akan dilatih menggunakan Microsoft Publisher, begitu tertulis di jadwal acara terlampir di surat undangannya. Namun hingga akhirnya saya menulis tulisan ini, yang dijadwalkan melatih, tidak kunjung membuka mulutnya untuk berbicara.

Hari kemarin, hasilnya sudah jelas, saya jadi teringat blog bocahcilik yang telah vakum bertahun-tahun, dan saya sempat mengetik watonly* tiga postingan wordpress sebelum ini.

Hari ini, akan menghasilkan berapa posting lagi?

Sampai saya menulis kata “sampai”, saya sudah diajarkan membuat dua folder. Satu induk folder, dan satu anaknya. Apakah nanti sampai pada cucu, cicit folder? Atau akan berlanjut hingga generasi setelahnya, kita tunggu perkembangannya.

*watonly = secara asal

Idiom Jowo

ning boso jowo ono tembung kang artine ora oyo karo sing diomongke, contone

wong ngomong ASU, karo banter pisan, maksute ora kudu ono asu terus diceluk, nanging biasane wong mau nembe mangkel, nesu, utowo ora seneng karo kahanan, wong liyo, sing ora podo karo karepe. utowo iso ugo ono masalah sing ra iso dirampungke. mumetke ndase, kiro-kiro mergo koyo ngene iki.

wong ngomong JANGKRIK, durung mesthi ning kono ono jangkrik mlumpat-mlumpat, utowo ngerik. nang kono biasane podo karo wong ngomong ASU mau.

ono ugo ono wong ngomong TELEK PITIK, durung mesthi sikile midak telek. ananging kedadeyane paling yo koyo wong sakdurunge mau, nembe mangkel, nesu, utowo kahanane ora podo sing dikarepke.

terus,,, ngopo kok sing diomongke ora adoh-adoh seko sato kewan ngono kui. kok ora milih uwoh-uwohan misale.

nesu-nesu terus ngomong BLIMBING. ngono rak yo luwih gayeng? nesu-nesu ngomong  NONGKO, KURMO, JAMBU, SAWO, DUREN, JERUK.

aku pengin nyebutke konco-koncone ASU karo JANGKRIK mau. ben luweh jentreh meneh.

BAJINGAN, nek iki dudu kewan, iki jenenge sopir grobak sapi. opo iyo BAJINGAN ki koyo ASU?

JANCUK, aku ra ngerti iki artine opo?

DIAMPUT, iki opo meneh?

ANJING, maleh ning boso Indonesia

terus nek wong jowo tengah biasane nyebute ora kewan, ning koyo mengkene: TREMBELANE, NGGATELI. marake ning bokong gatel opo piye?

nek wong yokjo, bedo meneh, biasane ki nganggo: BAJIGUR, nek iki enak, ngombe wedang, adem-adem ning nduwur kaliurang. liyo dino nganggo WEDANG RONDE, GUDEG, opo meneh…

nek aku kadang nganggo BLAIK. nek kowe nganggo opo? ngganggo kathok !

Indonesia

Indonesia, bersyukurlah bagi anda yang lahir di negara ini. Negara dengan tanah air luas, banyak kepulauan, banyak pantai, banyak laut, banyak sumber daya alam yang bisa dimanfaatkan untuk kemakmuran.

Indonesia juga strategis dipandang dari letaknya. Terletak di antara dua samudra, Atlantik dan Hindia. Terletak di antara dua benua, Australia dan Asia.

Indonesia juga kaya akan ragam budaya. Banyak suku bangsa. Banyak ras. Banyak tari, banyak jenis makanan dan minuman, banyak alat musik, banyak jenis atau paling tidak beda namanya. Banyak bahasa daerah.

Manteb ya Indonesia…

Ya begitulah

Apakah anda juga merasakan hal yang sama?

antivirus yang saya suka — avast

Dahulu, pertama kali memakai PC sendiri, dikasih sama toko komputernya, Norton antivirus. Symantec. Bagus sekali. Tetapi lumayan berbobot. Semua virus, lewat. Waktu itu, rajin sekali download file update-nya dari warnet.

Semakin hari, semakin berat bobotnya. Apa boleh buat, meski tak bisa pindah ke lain hati, tetapi apa daya, pindah juga ke lain body.

AVG. Lumayan ampuh dan free. Tetapi waktu itu, masih ada yang lolos dikit2. Konsumen kecewa.

Avira. Free lagi. Ringan. Lumayan lama memakai antivirus berlogo payung ini. Tetapi suatu saat badai virus tak terbendung. Menggunakan avira harus sabar. Telinga ini masih agak peka dengan suara tit-tit-tit ribuan kali. Mencari-cari alternatif ke mbah dukun. Tak lupa ke pelosok pedesaan KASKUS.

Kaspersky. Ampuh. Tetapi hhuaaabbbote puooolll…. Jatuh hati sebentar, tapi ngentekne bondo.

Ansav. digabung dengan Smadav. Lumayan betah dengan kombinasi ini. Tetapi ansav sering error sendiri. Konsumen pengen yang lebih baik.

Eset nod32. ribet user, password, dan updatenya.

Avast. Meski ngga terlalu bisa repair seperti kaspersky, tetapi sekali delete virus. Lumayan aman seterusnya. Ngga diperintah pun update sendiri tiap komputer dinyalakan. Loadnya ngga berat. Guardnya ringan. Free. Licensenya ada yang sampai bertahun-tahun. Ngga pindah ke lain hati lagi.

Semakin merasa nyaman lagi setelah menemukan Malwarebytes anti malware. dan kombinasi dengan smadav. Nyaman dan ringan.

Kemajuan teknologi hardware komputer yang bikin pusing

Sejak kemunculan netbook sebagai produk alternatif selain notebook, dunia hardware komputer seperti kebanjiran model produk. Inovasi produk sangat-sangat bervariasi. Dengan fitur yang menarik. Dan berharga murah.

Mulai dikenal tablet, smartphone, hingga sekarang keduanya menjadi model yang ngga jauh beda. Semua vendor mengeluarkan tipenya sendiri.

Begitu pula produk penyimpanan file (storage). Semakin besar kapasitas, semakin murah harganya. Konsumen dimanja pilihan produk yang sangat bervariasi. Tersedia flashdisk dan harddisk eksternal berbagai tipe, berbagai fitur dari beragam merk. Cuma sejak bencana banjir thailand kemarin sedikit mendongkrak harga sampai sekarang.

Di lini prosesor juga begitu. Persaingan abadi antara intel dengan amd ngga ada habisnya. Meski sekarang model persaingannya agak berbeda.

Dan semua itu apa musti diikuti semua? Yang pasti semakin banyak pilihan, saya semakin bingung. Bingung sing nggo tuku opo, wong duite ra nambah-nambah 🙂

madina : hajj 1431

 

Pintu Masjid Nabawi
Pintu Masjid Nabawi

Untuk haji indonesia gelombang 1 (yang berangkat sebelum 28 Dzulqo’dah 1431), tujuan pertama setelah masuk saudi adalah kota Madinah. Ada yang langsung ke bandara Madinah. Ada yang mesti ke Jeddah dulu, baru dengan bus menuju Madinah.
Karena memang waktu tunggu untuk hari H haji masih lumayan lama.

Madinah dikenal oleh kaum muslimin sebagai kotanya nabi Muhammad SAW. Sebagai kota tujuan hijrah muslimin dari Makkah.Baca selebihnya »

Hajj 1431

Ka'bah, Makkah dengan latar belakangbaru abraj al bait
Ka'bah, Makkah dengan latar belakang baru abraj al bait

Pengalaman haji adalah unik bagi setiap orang. Setiap individu mempunyai cara sendiri bagaimana dia menjalani hari-harinya selama berhaji. Ada banyak cerita senang, mengharukan, menarik, lucu, bahkan menyedihkan.
Berjuta haji dalam setahun, berjuta cerita pengalaman yang unik yang terekam, dan seharusnya bisa menjadi pelajaran bagi yang lain.

Kata orang-orang, apa yang dialami disana adalah buah dari apa yang dilakukannya saat di tanah air.
Apakah kata orang-orang itu benar? Padahal selama ini sedikit banyak, ungkapan diatas mempengaruhi orang-orang -yang lain- menjadi takut dan sehingga selalu berdalih “belum siap” ketika ditanya kapan kesana.Baca selebihnya »