Demi waktu yang cepat berlalu

Allah ta’ala berfirman,

وَالْعَصْرِ (1) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (2) إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ (3)

”Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholih dan saling menasihati supaya menaati kebenaran dan saling menasihati supaya menetapi kesabaran” (QS. Al ‘Ashr).

Dua nikmat ini seringkali dilalaikan oleh manusia –termasuk pula hamba yang faqir ini-. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ ، الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ

Ada dua kenikmatan yang banyak manusia tertipu, yaitu nikmat sehat dan waktu senggang”. (HR. Bukhari no. 6412, dari Ibnu ‘Abbas)

Ibnu Baththol mengatakan, ”Seseorang tidaklah dikatakan memiliki waktu luang hingga badannya juga sehat. Barangsiapa yang memiliki dua nikmat ini (yaitu waktu senggang dan nikmat sehat), hendaklah ia bersemangat, jangan sampai ia tertipu dengan meninggalkan syukur pada Allah atas nikmat yang diberikan. Bersyukur adalah dengan melaksanakan setiap perintah dan menjauhi setiap larangan Allah. Barangsiapa yang luput dari syukur semacam ini, maka dialah yang tertipu.”

Ibnul Jauzi mengatakan, ”Terkadang manusia berada dalam kondisi sehat, namun ia tidak memiliki waktu luang karena sibuk dengan urusan dunianya. Dan terkadang pula seseorang memiliki waktu luang, namun ia dalam kondisi tidak sehat. Apabila terkumpul pada manusia waktu luang dan nikmat sehat, sungguh akan datang rasa malas dalam melakukan amalan ketaatan. Itulah manusia yang telah tertipu (terperdaya).”

Ibnul Jauzi juga mengatakan nasehat yang sudah semestinya menjadi renungan kita, “Intinya, dunia adalah ladang beramal untuk menuai hasil di akhirat kelak. Dunia adalah tempat kita menjajakan barang dagangan, sedangkan keuntungannya akan diraih di akhirat nanti. Barangsiapa yang memanfaatkan waktu luang dan nikmat sehat dalam rangka melakukan ketaatan, maka dialah yang akan berbahagia. Sebaliknya, barangsiapa memanfaatkan keduanya dalam maksiat, dialah yang betul-betul tertipu. Sesudah waktu luang akan datang waktu yang penuh kesibukan. Begitu pula sesudah sehat akan datang kondisi sakit yang tidak menyenangkan.”[1]

‘Umar bin Khottob mengatakan,

إنِّي أَكْرَهُ الرَّجُلَ أَنْ أَرَاهُ يَمْشِي سَبَهْلَلًا أَيْ : لَا فِي أَمْرِ الدُّنْيَا ، وَلَا فِي أَمْرِ آخِرَةٍ .

“Aku tidak suka melihat seseorang yang berjalan seenaknya tanpa mengindahkan ini dan itu, yaitu tidak peduli penghidupan dunianya dan tidak pula sibuk dengan urusan akhiratnya.”

Ibnu Mas’ud mengatakan,

إنِّي لَأَبْغَضُ الرَّجُلَ فَارِغًا لَا فِي عَمَلِ دُنْيَا وَلَا فِي عَمَلِ الْآخِرَةِ

“Aku sangat membenci orang yang menganggur, yaitu tidak punya amalan untuk penghidupan dunianya ataupun akhiratnya.”[2]

Semoga Allah selalu memberi kita taufik dan hidayah-Nya untuk memanfaatkan dua nikmat ini dalam ketaatan. Semoga kita tidak termasuk orang-orang yang tertipu dan terperdaya.

 

[1] Lihat Fathul Bari, Ibnu Hajar, 18/219, Mawqi’ Al Islam

[2] Dua perkataan sahabat ini terdapat dalam Al Adabusy Syar’iyyah, Ibnu Muflih, 4/303, Mawqi’ Al Islam

Sumber :

pulau kota itu adalah Jawa

dengan semakin terbukanya akses ke pelosok Jawa, maka kemungkinan berkembangnya sebuah tempat yang dulu tidak terbayangkan bisa saja terjadi.

dahulu, jalur sungai untuk saling terhubung dengan satu tempat dan tempat lain, dikenal jalur solo-gresik melalui bengawan solo. otomatis, pinggir sungai menjadi tempat strategis untuk mengakses jalur tersebut. berkembang juga istilah daerah penyeberangan atau tambangan. yang saat ini masih bisa dijumpai jika tidak ada jembatan penghubung.

apakah terbayangkan dahulu bagaimana kalo pas mudik dan balik.

lewat bengawan solo, bertemu di tempuran ngawi, bertemunya bengawan madiun, dan ke timur lagi, ke tuban, ke lamongan ke gresik.

pengganti jalur sungai, ada jalur darat, dengan semakin lancarnya pembangunan di jaman belanda dan diteruskan pemerintah orde baru. jembatan-jembatan dibangun dan eksis hingga kini.

jalan raya pos dibangun jaman daendels. awal 1800-an. menghubungkan titik-titik di pantai utara. tempat keramaian semakin berkembang antara titik pelabuhan dan akses antar kota.

sebelumnya, saat mataram mengirim bala tentaranya menyerang batavia, bisa jadi telah ada jalur darat yang signifikan, karena buat lewat bahan makanan, senjata, setidaknya grobak sapi bisa lewat kali ya.

tahun 2014. pemerintahan jokowi merealisasikan jalan tol trans Jawa. sebagian dibangun di samping jalur pos dan sebagian di jalur tengah Jawa. tidak perlu lewat jogja.

dahulu, pulau ini hanyalah hutan, dibuka sedikit-sedikit menjadi sawah. rakyat bermukim di dekat area persawahannya. yang namanya kota saat itu adalah kota kerajaan.

saat ini pertumbuhan berpusat di kota-kota. kota yang ramai karena dulu adalah kerajaan. atau dulu berkembang karena fasilitasi belanda. atau berkembang karena akses pelabuhannya. atau perkebunannya. atau banyaknya kampusnya.

belum lagi akan dimulainya keramaian jalur baru tersebut.

dan karena memang ada orang yang sengaja bikin kota baru. kota satelit yang dirancang lengkap dengan fasilitas jasa, pendidikan, ekonomi, hiburan, dan seterusnya.

Jawa semakin cepat. Jawa semakin padat. Jawa semakin penat.

Jogja: Gini Rasio Tinggi, Indeks Kebahagiaan Juga Tinggi; MANTAB JIWA

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA – Satu hal yang bisa dibilang mencengangkan, saat mengetahui Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) saat ini, tercatat sebagai provinsi dengan nilai gini ratio paling tinggi di Indonesia, dengan presentase mencapai 0,43 persen.

Angka tersebut melampaui nilai gini ratio nasional, yakni sebesar 0,393, yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada Maret 2017 silam.

Gini ratio sendiri, menggambarkan tingkat ketimpangan ekonomi masyarakat, yang diukur dari pengeluaran penduduknya.

Akan tetapi, menariknya, meski memiliki angka ketimpangan ekonomi tertinggi di tanah air, DIY merupakan daerah dengan indeks kebahagiaan tertinggi di Pulau Jawa.

Berdasar data dari BPS, indeks kebahagiaan masyarakat Yogyakarta berada di angka 72,93 persen.

Rentetan fakta tersebut, turut disoroti oleh Koordinator jaringan Gusdurian, Alissa Wahid, saat menghadiri agenda diskusi ‘Mengatasi Kesenjangan Sosial di Indonesia’, yang digagas oleh perhimpunan Indonesia Tionghoa (Inti), di Westlake Resort, Yogyakarta, Rabu (3/1/2018).

Alissa mengatakan, untuk membicarakan polemik yang terjadi di DIY ini, bisa dihubungkan dengan kaedah sosiologi, yang selama ini didalaminya.

Ia berujar, indeks kebahagiaan, belum tentu menggambarkan kualitas kehidupan mayarakat yang berada di tengah ketimpangan.

“Kalau digali lebih dalam, ketimpangan ini soal kualitas kehidupan masyarakat. Jadi, bukan sekadar merasa bahagia, merasa itu kan perspektif. Bicara kualitas kehidupan, itu ada indikatornya. Apakah itu terjadi di Yogyakarta?” tambahnya.

Walau begitu, putri sulung mendiang Presiden RI ke empat, Abdurrahman Wahid (Gus Dur) tersebut bisa menerima jika DIY memiliki indeks kebahagiaan yang tinggi.

Menurutnya, hal tersebut sedikit banyak dipengaruhi oleh lokal wisdom, atau kearifan lokalnya.

“Masyarakat Yogyakarta bisa merasa bahagia, karena lokal wisdom-nya itu harus menerima, atau istilahnya nrimo ing pandum (menerima segala pemberian). Jadi, bagaimanapun keadaannya, ya harus menerima, mengikhlaskan,” jelasnya.

“Sehingga, memang kehidupannya tidak terlalu terpengaruh oleh materi. Ini yang menyebabkan gini ratio tidak terlalu berdampak pada perasaan bahagia, atau tidak,” imbuh Alissa.

Ia pun berujar, bahwa dirinya pernah mendengar dari Romo Mangunwijoyo, kalau kearifan lokal itu terjadi bukan tanpa sebab.

Lanjutnya, perubahan kultur tersebut terjadi pada masa Sultan Agung, setelah Kerajaan Mataram terbelah menjadi dua bagian.

“Kemudian, setelah Kerajaan Mataram terbelah menjadi dua, muncul nilai-nilai baru. Tadinya, Laskar Mataram itu fighter, lalu fokusnya beralih ke tentrem nang ati, sentosa, begitu,” pungkasnya. (*)

Artikel ini telah tayang di Tribunjogja.com dengan judul Gini Ratio DIY Berbanding Terbalik dengan Indeks Kebahagiaan, http://jogja.tribunnews.com/2018/01/03/gini-ratio-diy-berbanding-terbalik-dengan-indeks-kebahagiaan?page=all.
Penulis: aka
Editor: Gaya Lufityanti

Bisa jadi positif, bisa jadi negatif.

Positif bahwa rakyat tidak ada masalah meski ketimpangan ekonomi tinggi. artinya meski timpang,, tapi rakyat tidak akan terjerumus untuk menuntut – demonstrasi – atau apapun namanya protes, anarki, dll. Jogja bagaimanapun kondisinya tetap akan adem ayem.

Dungone:”Duh gusti paringono ingsun, kuat mlarat…”

Negatifnya, merasa bahwa everything is ok, yang seharusnya bertugas memeratakan kesejahteraan, merasa tugasnya sudah selesai. toh masyarakatnya juga sudah bahagia. berarti sudah tidak ada masalah.

Pengalaman saya bergabung dalam komunitas Nusaresearch

Keinginan untuk memperoleh penghasilan dari internet mungkin menjadi cita-cita bagi sebagian besar generasi millenial saat ini. Bisa jadi dari adsense, click bucks, jualan online, admob, endorser instagram, ataupun youtuber terkenal.

Masih teringat ketika Pak Jokowi menanyai cita-cita salah seorang siswa, ingin jadi apa cita-citanya? Jawabnya, Youtuber, Pak.

Semuanya memungkinkan untuk menghasilkan uang, namun tentu musti diiringi pula dengan perjuangan tak kenal lelah, pengorbanan waktu, tenaga, dan pikiran yang tak sedikit, dan membutuhkan ketelatenan.

Tak jarang pula, sebelum semuanya menghasilkan pecah telor pendapatan pertama, motivasi untuk terus melanjutkan perjalanan tersebut terhenti di tengah jalan. Ditelan kesibukan lainnya yang lebih cepat dan jelas hasilnya.

Salah satu alternatif untuk memperolah penghasilan dari internet adalah bergabung dalam komunitas Nusaresearch. Seperti cerita saya sebelumnya, pengalaman bergabung dengan nusaresearch, Nusaresearch memberikan reward dari pengumpulan poin seorang panelis sebagai hasil dia mengerjakan task-task survey. Survey tersebut merupakan permintaan dari klien agar diisi oleh panelis.

Semakin banyak survey yang diisi, poin panelis semakin bertambah. Hingga poin tersebut mencapai jumlah tertentu, bisa ditukar dengan reward berupa uang tunai yang bisa masuk ke rekening bank, melalui paypal ataupun ipaymu. Bisa juga ditukar dengan pulsa, deposit pulsa, go-pay, ataupun barang-barang menarik lain jika melalui reward center.

Reward dari Nusaresearch tidaklah besar, namun pasti dibayar. Sekali lagi, pasti dibayar.

Boleh jadi, anda yang telah bertahun-tahun memiliki akun adsense, pasang kode sana-sini, namun hingga saat ini belum bisa ditukar juga dollarnya karena belum memenuhi batasan pencairan. Atau, sewaktu mau cair, ehh… tiba-tiba dibanned.

Nah, pengalaman saya bergabung dengan komunitas Nusaresearch selama kurang lebih 5 tahun terakhir tidaklah mengecewakan, atau mungkin bisa disebut lumayan. Lumayan buat main-main klak-klik di internet bisa dapat duit. Meski begitu, Nusaresearch tidak menjanjikan memberi penghasilan seperti layaknya kita bekerja betulan dengan gaji misal di atas UMR sebulan. Duit Nusaresearch cukup buat uang tambahan jajan. Sambil mengisi waktu luang menjalani hectic-nya pekerjaan.

Terhitung kurang lebih 2 juta saya kumpulkan, untuk tambah-tambah beli asesoris komputer, atau kebutuhan tidak mendesak lainnya.

Komunitas Nusaresearch

Nusaresearch, selain web untuk member/anggota/panelis, dan web klien, juga merawat sosial media dengan sangat baik. Setiap hari posting status baik di halaman pages FB, group FB, twitter, dan instagram. Di sela postingan biasa, cukup sering muncul kuiz dadakan yang berujung penambahan poin. Sangat layak buat anda yang selalu engaged dengan gadget di tangan.

Sembari gesar-geser layar, mampir ke aplikasi Nusaresearch, dan pantengin sosial medianya, poin selalu bertambah.

Hingga, sebutan sebagai top online research in Indonesia, dan komunitas Nusaresearch sudah pas lah kalau disebut begitu. Terlebih lagi Nusaresearch mengembangkan juga page Testimonial, ratusan testimoni panelis terekam disitu dengan segala macam komentar riil, tanpa edit-edit. Semuanya tentang pengakuan untuk Nusaresearch. Anda kapan?

#nusablogging #nusaresearch USERNAME: ahmed

Pengalaman bergabung dengan Nusaresearch

Nusaresearch adalah salah satu penyedia survey online di Indonesia. Dia menerima orderan dari pihak tertentu untuk mengadakan survey buat mengetahui respon kalangan konsumen Indonesia. Pihak pengorder disebut survey klien. Pihak yang disurvey disebut panelis.

Nusaresearch sendiri merupakan anak perusahaan dari sebuah perusahaan Jepang. Masuk ke Indonesia akhir tahun 2012. Sampai saat ini, 1 Maret 2018, anggota panelisnya mencapai 266.310 orang Indonesia.

Selain Indonesia dan Jepang, dia juga mengembangkan cabang di Vietnam dan Thailand. Dan, sampai saat ini terdapat 795.425 seluruh panelis Nusaresearch dari 4 negara tersebut.

Saya iseng-iseng ikut mendaftar sebagai panelis Nusaresearch awal 2013, masih jaman SBY. Waktu itu anggotanya belum nyampai 30.000. Pada saat itu memang baru semangatnya mencari duit tambahan. Apapun diikuti dan dicoba. Model adsense, survey-survey, macam-macam survey dicoba. Sampai akhirnya ya Nusaresearch ini yang paling tahan lama, dan saya juga betah-betah saja.

Aktivitas menjadi panelis tentu ya mengerjakan survey, dapet poin, ditukar dengan hadiah. Bisa memilih apakah ditukar dengan pulsa, duit tunai melalui Paypal dan Ipaymu, ataupun bentuk-bentuk hadiah lain semacam stiker chatting dan deposit pulsa.

Hadiah yang terkumpul lumayan buat jajan. Meski kalau dikumpulkan bisa mencapai hampir 2 jutaan. Ya namanya iseng-iseng, hasilnya juga bukan untuk kebutuhan harian.

Dari sekian banyak aktivitas mendulang poin, selain mengerjakan survey, ada alternatif lainnya, yaitu: mengerjakan survey cepat, mencoba mengenalkan ke orang lain agar ikut mendaftar, dan mengikuti aktivitas promosi.

Mengenalkan ke orang lain bisa langsung face to face, bisa juga secara online, membuat artikel, lalu disertakan tautan referal. Sampai saat ini sudah lebih dari 850 orang yang mem-follow link referal saya.

Model promosi Nusaresearch
Salah satu image promosi nusaresearch di twitter

Aktivitas promosi semacam game, kuis-kuis, membikin artikel, dan lainnya yang muncul di waktu-waktu tertentu.

Intinya, mengikuti Nusaresearch untuk mengalihkan dari stuknya pekerjaaan. Iseng-iseng berhadiah. Seriusnya pas mengerjakan survey, hehe.

Mengetahui Tren Terkini
Selain memperoleh poin, secara tidak langsung kita juga bisa mengetahui tren ekonomi Indonesia dari Nusaresearch ini. Visinya menjadi “top online research in Indonesia” ditunjukkan dengan besarnya jumlah panelis memang sudah menjadi jaminan parameter pasar Indonesia.

Karena memang saat perusahaan ingin mengeksekusi program tertentu di pasar, mereka akan melakukan tes pasar dulu di Nusaresearch. Entah mau promosi model apa yang akan digelar, melempar produk baru, memilih produk mana yang sesuai selera pasar, dst.

Biasanya rame-ramenya survey keluar adalah saat mau lebaran, akhir tahun, dan menjelang event-event tertentu.

Selain itu, kita juga bisa melihat hasil-hasil survey yang menggambarkan masyarakat konsumen Indonesia. Baik yang serius digunakan untuk sumber-sumber acuan bisnis, ataupun yang ringan dan terkadang lucu (survey cepat).

Jaminan Legalitas
Nusaresearch mengikuti kewajiban sebagai perusahaan resmi yang masuk ke Indonesia. Saya pernah liat dokumen dia daftar di Kemenkumham. Lalu alamatnya jelas di Jakarta. Alamat website ada dua: buat klien dan buat panelis. Facebook, Twitter, Instagram dikelola dengan baik. Email juga dikelola dengan baik.

Hal tersebut sangat penting untuk menjadi jaminan bahwa dia ngga akan menggelapkan poin dengan semena-mena semacam model bisnis online yang lain. Tentu saudara-saudara sekalian pernah mengikuti berbagai macam model website pendulang poin, saat mau payout,,, ehhh websitenya amblas. Sudah capek berbulan-bulan mengumpulkan poin, hanya berakhir zonk.

Dengan reputasinya, Nusaresearch sudah banyak diliput banyak media, dijadikan rujukan hasil surveynya, dan perusahaan besar telah memakai jasanya.

Aplikasi Nusaresearch
Untuk memudahkan para panelis, Nusaresearch telah mengembangkan aplikasi untuk smartphone baik berbasis android ataupun iphone. Sehingga mengerjakan survey lebih mudah digunakan, lebih nyaman, dan menyenangkan.

#nusablogging #nusaresearch USERNAME: ahmed

 

Apa gunanya membaca berita?

apa pentingnya membaca berita?

pertanyaan ini muncul biasanya ketika sudah selesai membaca koran, sudah ngga ada yang menarik dibaca, ditaruh di meja begitu saja.

kisaran berita ya itu-itu saja, politik yang begitu-begitu saja, olahraga sepakbola kalau tidak menang ya kalah, balapan rossi yang ngga pernah podium, berita pendidikan ya paling-paling seminar workshop dan wisuda, kriminal yang tentu ngga ada habisnya di halaman tiga, korupsi, narkoba, kecelakaan abege mengendarai motor sambil maen hape boncengan bertiga.

gitu-gitu aja, jadi apa pentingnya?

 

Biaya Kuliah UTY 2017

Informasi Biaya Pendidikan & Sumbangan Pengembangan Akademik (SPA) T.A. 2017/2018Dalam Mata Uang Rupiah (Rp)

Program Studi Jenjang Akreditasi SPP TETAP
PER SEMESTER
SPP VAR
PER SKS
SPA
GEL. 1 *)
Akuntansi D3 A 1.500.000 150.000 10.000.000
Akuntansi S1 A 2.250.000 175.000 20.000.000
Manajemen S1 A 2.250.000 175.000 17.500.000
Manajemen Informatika D3 A 1.500.000 150.000 10.000.000
Teknik Informatika S1 B 2.250.000 175.000 16.000.000
Sistem Informasi S1 B 1.750.000 150.000 12.500.000
Bahasa Inggris D3 B 1.200.000 125.000 7.000.000
Bahasa Jepang D3 B 1.200.000 125.000 8.000.000
Sastra Inggris S1 B 1.500.000 150.000 11.000.000
Arsitektur S1 B 2.000.000 190.000 15.000.000
Teknik Sipil S1 B 2.000.000 190.000 15.000.000
Teknik Elektro S1 B 2.000.000 175.000 14.000.000
Sistem Komputer S1 B 1.500.000 175.000 12.000.000
Teknik Industri S1 C 1.250.000 150.000 10.000.000
Psikologi S1 B 1.500.000 150.000 13.000.000
Bimbingan dan Konseling S1 C 1.200.000 125.000 7.000.000
Pend. Teknologi Informasi S1 C 1.200.000 125.000 7.000.000
Pend. Bahasa Inggris S1 C 1.200.000 125.000 7.000.000
Perencanaan Wilayah Kota S1 C 1.200.000 125.000 8.000.000
Hubungan Internasional S1 C 1.200.000 125.000 8.000.000
Ilmu Komunikasi S1 C 1.200.000 125.000 8.000.000

 

*) Keterangan :

  1. SPA dapat diangsur 4 (empat) kali pada tahun pertama.
  2. Pembayaran Mahasiswa Baru saat her-registrasi (daftar ulang) adalah SPP Tetap + Angsuran 1 SPA (30%) + Dana Pra Kuliah Rp1.500.000,-
  3. Dana Pra Kuliah dikenakan sekali selama kuliah
Perhatian!

  • Apabila saudara mendapatkan perbedaan informasi biaya dari informasi yang ditampilkan website ini, maka informasi yang benar adalah dari Panitia PMB UTY.
  • Waspadalah terhadap segala macam bentuk penipuan melalui email, SMS, atau telepon yang mengatasnamakan UTY atau Panitia PMB UTY.

Seperti tercantum dalam web resmi http://pmb.uty.ac.id/utama/biaya yang diakses hari ini, 27-04-2017.

 

Balada Pasangan Muda Mencari Rumah di Jakarta

Muhammad Andika Putra
Sabtu, 15/04/2017 20:52 WIB

Jakarta, CNN Indonesia — Membeli rumah di DKI Jakarta tak semudah membeli kendaraan bermotor. Selain sulit mendapatkan lokasi untuk membangun rumah, harga yang mahal menjadi alasan ketidakmampuan membeli rumah di Jakarta. Terutama untuk pasangan baru menikah atau pasangan muda.

Hal itu dirasakan benar oleh pasangan muda Esa Raditya dan Karina Saputri.

Sebagai warga Jakarta, Esa dan Karina bermimpi memiliki rumah di ibu kota. Sayangnya, hal itu belum terwujud sehingga mereka terpaksa mengontrak rumah di Bekasi, Jawa Barat.

“Sebetulnya saya lebih pengin ngontrak Jakarta karena dekat. Tapi kontrakan di Jakarta mahal, nggak kekejar kalau ngontrak di Jakarta,” kata Esa kepada CNNIndonesia.com, beberapa waktu lalu.

Kurang lebih sudah satu setengah tahun mereka menikah. Selama itu juga mereka tinggal di rumah dengan biaya kontrak Rp15,5 juta pertahun.

Esa tidak pernah telat membayar sewa dan merasa nyaman tinggal di sana, lantaran dekat dengan stasiun kereta. Menurutnya kenyamanan tempat tinggal juga diukur dengan jalur transportasi yang mudah.

Hanya butuh waktu 10 menit dari rumahnya menuju stasiun kereta. Dengan waktu 45 menit ia sampai kantor yang terletak di kawasan Cikini, Jakarta Pusat. Setidaknya, lokasi rumah yang tidak di Jakarta, tidak mempersulit ia berangkat kerja.

Esa sendiri masih mengejar mimpi untuk membeli rumah. Setiap bulan ia selalu menyisihkan uang sekitar Rp2 juta, sebagai tabungan untuk membeli rumah.

Tabungan itu tidak bisa lebih besar, lantaran banyak pengeluaran yang harus ia tanggung. Selain kebutuhan rumah tangga, Esa masih berusaha menutup kartu kredit.

Esa merasa pesimis untuk membeli rumah di Jakarta walau tabungan terus bertambah. “Kita udah nggak akan mampu beli rumah di Jakarta, mahal. Rumah bapak saya di Gandaria per meter sekitar Rp25 jutaan,” kata Esa.

Dia melanjutkan, “Saya pengin beli rumah paling di Bekasi saja. Kalau maksa di Jakarta paling bisa beli apartemen. Tapi kalau udah berkeluarga kayaknya sih, nggak.”

Belakangan, kepemilikan rumah yang mudah dan murah, memang menjadi sorotan di DKI Jakarta.

Pasangan calon Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)-Djarot Saiful Hidayat dan Anies Baswedan-Sandiaga Uno berlomba mengampanyekan program hunian terjangkau. Ahok-Djarot dengan skema sewa beli, Anies-Sandi dengan skema uang muka nol rupiah.

Bantuan Orang Tua

Esa berharap siapapun yang nanti terpilih bisa memberikan solusi, bukan janji manis belaka. Menurutnya, selama ini sebagian besar pasangan muda di Jakarta memiliki rumah karena dibantu atau diberi orang tua.

Pasangan lain, Rio Ramadahani dan Renyca Meidiana, merupakan salah satu pasangan muda yang memiliki rumah dengan bantuan orangtuanya. Sejak menikah pada Januari 2015, mereka berdua sudah tinggal di rumah yang terletak di Pesanggrahan, Jakarta Selatan.

Ayah Rio memiliki tanah seluas 60 meter persegi sejak tahun 1996. Pada tahun 2014, ayahnya memberikan tanah itu pada Rio dan membantunya untuk membangun.

“Kurang lebih habis Rp 700 juta untuk bangun rumah dua lantai kayak gini. Waktu itu ayah saya kasih sekitar 65 persen dari pengeluaran dan sisanya saya sendiri,” kata Rio saat kepada CNNIndonesia.com beberapa waktu lalu.

Rio bersyukur bisa punya rumah di Jakarta, meskipun dengan bantuan orang tua. Apalagi, rumah itu dekat dengan toko perlengkapan jahit yang ia miliki di Pasar Mayestik, Jakarta Selatan. Hanya butuh sekitar 30 menit dari rumahnya menuju Pasar Mayestik.

Seandainya belum memiliki rumah saat menikah, Rio mengaku tidak tertarik dengan program Ahok-Djarot atau Anies-Sandi. Ia merasa tidak nyaman bila harus tinggal di rumah susun karena alasan privasi.

Lagi pula, lebih baik menabung dari penghasilan Rp3 juta rupiah untuk beli rumah di luar Jakarta daripada membeli rumah susun. “Program yang ditawarkan itu belum tentu solusi. Tinggal di rumah susun itu kan mengubah gaya hidup orang Jakarta dan itu tidak mudah,” kata Rio.

Sampai saat ini Rio belum memiliki rencana untuk pindah rumah ke wilayah yang lebih dekat dengan lokasi tokonya. Selain alasan kepadatan, Rio mengatakan sudah merasa nyaman dengan lokasi rumah yang ia tempati saat ini. Dia menyebut, jikapun harus pindah, Jakarta tidak akan jadi pilihan pertama.

“Kalau pindah pun nanti, pindah ke Lombok. Di bawah Gunung Rinjani, sambil ternak kambing dan berkebun. Ingin pensiun dini, mau mendalami sisi positif. Jakarta nggak lah, terlalu padat dan banyak fitnah,” kata Rio.

(wis/les)

komen: ga jauh beda dg di jogja, harga tanah naiknya ga sebanding dg naiknya tabungan untuk membeli. semakin susah kl yg ditabung aja g ada.

bagi yg pengin merealisasikan punya rumah, segera minta bantuan (tdk dg memaksa) orang tua jika punya tanah ataupun uang (jika mampu), sisihkan gaji anda untuk tabungan, setidaknya ini bisa menutup uang muka yg biasanya diharuskan mencapai 30% dari harga rumah. sisanya dicicil dari gaji.

tdk perlu rumah baru, rumah bekas gpp, tanah doang jg gpp,,,

lebih cepat lebih baik, lebih lambat… harga naik lagi hari senin

Ternyata Solo duluan yang mengadakan feeder “Busway”-nya

Armada Keren di Kota Solo Sudah Beroperasi, Simak Rute Ini!
Editor : Nofik Lukman Hakim –
Jumat, 07/04/2017

SOLO, Joglosemar.co– Sebanyak 41 kendaraan pengumpan (feeder) Batik Solo Trans (BST) akhirnya resmi dioperasionalkan, Kamis (6/4). Armada baru ini melayani koridor 11 yang dulunya rute angkutan kota (angkot) 02 dan koridor 13 yang dulu rute angkot 06.

Acara peluncuran yang dilakukan di Balaikota Surakarta itu dihadiri Walikota Surakarta FX Hadi Rudyatmo didampingi Wakil Walikota Surakarta Achmad Purnomo, Sekretaris Daerah (Sekda) Surakarta, Budi Yulistianto dan Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Surakarta Hari Prihatno.

Dalam acara peluncuran kemarin secara simbolis Walikota Surakarta memandikan armada dengan air kembang dalam kendi, kemudian memecahkan kendi ke tanah dan menyerahkan kunci kepada pengemudi feeder.

Walikota dalam kesempatan itu juga sempat menjajal mengemudikan feeder mengelilingi halaman Balaikota.

“Feeder ini untuk pengganti angkot yang akan melayani koridor 11 dan 13. Jadi hari ini sudah bisa beroperasi,” ujar Walikota Surakarta, FX Hadi Rudyatmo kepada wartawan di sela-sela peluncuran feeder BST, Kamis (6/4/2017).

Sekadar diketahui koridor 11 melayani rute Donohudan, Banyuanyar, Tirtonadi, Gendengan, Baron, Gading, Klewer. Sedangkan koridor 13 melayani rute Mojosongo, Kadipiro, Tirtonadi, Lumban Tobing, Pasar Legi, Gemblegan, Gading dan Klewer.

Adanya feeder, lanjut Rudy, diharapkan tidak hanya sebagai pengganti angkot yang sudah ada tapi untuk mewujudkan transportasi umum yang nyaman dan aman bagi masyarakat.

Ada beberapa regulasi yang harus dipatuhi pengemudi feeder BST, yakni mengangkut penumpang sesuai kapasitas kursi, dilarang merokok di dalam kendaraan, tidak boleh ngetem, dilarang menerima carteran ataupun dilarang keluar rute.

“Aturan ini sudah sesuai standar operasional prosedur (SOP) yang sudah disusun. Itu harus dipatuhi baik pengemudi ataupun penumpang,” imbuhnya.

Rudy memastikan akan melakukan pengawasan di lapangan terkait pengoperasian feeder.

Diharapkan masyarakat juga ikut melakukan pengawasan dengan melaporkan ke Dishub Surakarta jika ada pengemudi yang menyalahi ketentuan. “Evaluasi akan dilakukan secara rutin bisa satu bulan sekali,” katanya.

Sementara itu Kepala Dishub Surakarta, Hari Prihatno menyatakan jika armada feeder yang ada baru bisa melayani dua koridor. Nantinya tahun ini akan dilakukan pengadaan lagi sekitar 30 unit feeder.

“Adanya feeder ini diharapkan bisa memudahkan masyarakat menuju koridor BST ataupun penumpang BST yang akan melanjutkan perjalanan,” ungkapnya.

Ditambahkan, pihaknya akan melakukan komunikasi dengan dua koperasi yang menjalankan feeder sebagai bentuk pengawasan pengoperasian feeder. “Intinya pemkot ingin menyediakan transportasi yang nyaman dan murah bagi masyarakat,” pungkasnya.

Apa kata mereka tentang transjogja?

Banyak juga ternyata yg berpendapat bahwa program ini adalah program ambisius yg sia2 & hanya menghamburkan uang negara. Dilihat bahwa dlm kurun waktu 3 tahun berjalannya program ini, trans jogja semakin merugi (baca : kompas.com). Banyak juga yg berpendapat bahwa program ini semakin menambah keruwetan lalu lintas kota Jogja. Di samping itu perawatan sara & pra sarana yg dinilai masih kurang, banyak yg menganggap program ini tdk akan berjalan lama. (TS kaskus, de.co – 04/01/2012 02:20 PM)

Masalah cm di sopirnya trans jogja aja ugal2an…. (andre4g63 – 04/01/2012 02:56 PM)

headway antar bus masih delay lama D belum punya jalur sendiri, jadi masih bersaing sama angkutan umum kalo dijalan D (wicaxvaganza – 04/01/2012 03:39 PM )

mash ada beberapa poin sebagai pe-er yg perlu ditingkatkan untuk memaksimalkan kinerja transjogja, semisal :

  • ada baiknya transjogja menambah jumlah halte pemberentian, halte pemberentian tidak perlu semewah yg ada apalagi dilengkapi CS karena akan menambah biaya,,, cukup halte tertentu saja yg dianggap penting yg dilengkapi dg fasilitas seperti sekarang, yg penting halte dibuat layak sebagai tempat buat menunggu bis
  • ada baiknya transjogja menambah jumlah armada bis, ini sudah jelas, halte tambah masak armada gak tambah, dg begini pelanggan tidak pelayanan cepat dan maksimal

diluar itu masih ada beberapa yg dianggap sebagai titik lemah transjogja, semisal:

  • proyek transjogja adalah proyek rugi, memang transjogja merugi tp perlu diingat klo yg rugi itu cuma beberapa trayek alias tidak semua, yg mana jika dihitung secara global mestinya sudah bisa tertutupi dg trayek transjogja yg lain,,, secara logikanya masak perusahaan yg neraca keuangannya negatif bisa survive sampai 3 thn bahkan terus ekspansi hammer:
  • proyek transjogja membuat jogja semakin ruwet, pendapat seperti ini ada benarnya walopun lebih banyak salahnya Peace: karena tanpa transjogja pun jogja sudah ruwet jadi biang keroknya bukan transjogja
    problem utamanya menurut ane ada di volume kendaraan yg lebih besar dibanding volume jalan, volume kendaraan terus bertambah sementara volume jalan segitu2 aja
    solusi untuk masalah ini imo perlu solusi yg cukup ekstrem alias sudahlah…. pemerintah cabut saja tuh subsidi BBM Peace: selain itu untuk mobil selain angkutan umum harus pakai pertamax
    cara ini setidaknya bisa mengerem laju pertumbuhan kendaraan disamping tentunya bisa memaksimalkan pemanfaan APBN untuk sektor2 lain yg lebih penting
    dg kondisi seperti ini mau gak mau “memaksa” masyarakat untuk memakai kendaraan klo bener2 kepepet sedangkan klo kondisi normal kan dah ada transjogja sebagai solusi transportasi ato kembali lagi ke laptop, yakni memaksimalkan anggota tubuh dg jalan kaki atau naik sepeda yg mana hal ini bisa berdampak positif bagi lingkungan alias go green
  • proyek transjogja memancing kisruh dg bis2 yg sudah ada, masalah ini juga sebenernya yg mbikin kinerja transjogja kurang maksimal dan akhirnya beberapa trayek merugi yakni rute transjogja tidak bisa berkembang secara maksimal karena bentrok dg rute bis2 yg ada
    untuk masalah ini memang sangat rumit, secara klo gampang dari dulu jg dah kelar hammer:
    tp pendapat ane yg nubitol, memang harus ada tindakan yg ekstrem, opsi untuk bis2 yg sudah ada cuma 2 : mau dibina atau dibinasakan Peace:
    dibinasakan disini bukan dihapus ato dimatikan, maksudnya mau gak mau transjogja masuk ke jalur bis2 yg ada dan bersaing secara sehat, bis2 yg ada sekarang terbukti secara sah dan meyakinkan memonopoli trayek2 yg ada dg cara menghalangi transjogja masuk,sementara bis2 yg ada tidak memenuhi kelayakan sebagai transportasi capedes, jadi persis seperti prinsip evolusi yakni only the stronggest will survive, jadi bis2 yg ada mau tinggal pilih mengikuti arus atw digilas oleh arus perubahan,memang kedengarannya agak klise tp itulah realita kehidupan

(l0l1p0p – 04/01/2012 05:56 PM)

Butuh kendaraan umum biar ngga macet. ini harus bgt dipikirin selain transjogja, yg bisa nyentuh jalan2 kecil (Sabine, )

Mohon atur ulang rute transjogja, buat terminal transit utama di pusat kota seperti d Jakarta. Armada jg perlu diperbanyak. (Antonio, )

saya pernah naik transjogja dari daerah malioboro ke monjali, nunggunya 2jam sendiri baru sampai rumah. Ga efisien. (Ruth Amelia,

Nunggu transjogja 3A suwe tenan ~(di(A)b(L)os, )

heran, angkotnya aja masih blm bener, #transJogja nya luamaaaaa dtgnya. iso-isone nglarang transportasi online sg akeh promone. mbelgedhes! (ajeng dinnya palupi, 12:07 AM – 14 Mar 2017)

pernah nyobain transjogja dari adisucipto sampe tamanpintar total dari nunggu sampai turun di depan tamanpintar butuh waktu ampir 2 jam (ruli, 4:29 PM – 13 Mar 2017)

TJ silit pithik! Uwe nunggu sejam di halte kentungan!!! @transjogja Bis bobrok. Sopir sakkarepe dewe nyetire. (Abraham guntur,

Se”nyaman”nya transjogja, jalurnya susah diapalin, haltenya gak sebanyak londrian di pogung, dan waktu tunggunya bikin nyerah. (Dwi Setyaningrum, 5:09 PM – 11 Mar 2017)

Dan masih banyak lagi disini https://twitter.com/search?q=transjogja

Memaksimalkan Keterisian Penumpang Trans Jogja

Sepengetahuan saya, bahwa:

  1. Kemacetan di Jogja terjadi pada saat aktivitas berangkat sekolah dan bekerja dan waktu pulangnya. Dan kalo libur panjang.
  2. Setelah lewat jam itu, jalanan cenderung lebih lengang, arus lalu lintas lancar.
  3. Yang mendominasi jalan adalah kendaraan pribadi: motor roda dua dan mobil roda empat.Sekarang ditambah gojek, uber, grab.
  4. Penyumbang terbesar PAD DIY itu dari pajak kendaraan bermotor.
  5. Tidak ada angkutan kota yang memadai. Adanya hanya colt elf lama warna kuning-coklat dan bus kota yang entah berapa persen penduduk Jogja mengetahui jalurnya.
  6. Trans Jogja ramai hanya di jam ramai tersebut, dan hanya di jalur-jalur tertentu.
  7. Penamaan jalur colt, buskota, maupun transjogja selalu memakai gabungan angka-huruf. 1A, 1B, 2A, 2B, 3A, 3B. 1A lewat mana? 1B yang lewat mana? Sulit untuk dihafal. Tidak meng-asosiasi-kan dari mana kemana. Coba bandingkan dengan angkot Malang (arjosari landungsari, lebih mudah dicerna)
  8. Transjogja ternyata tidak punya website khusus, misal transjogja.com. Ada laman di wikipedia, tidak lengkap. Twitter tidak ada yg resmi.
  9. Menghapal jalur transjogja itu sulit, melihat petanya saja sulit. Mending tanya langsung ke petugas jaganya.
  10. Naik transjogja itu lama. Kalo naik motor bisa 20 menit, naik transjogja 1 jam. Itu pun masih harus dijemput, atau ngojek. Terutama waktu nunggu bisnya dateng. Sakjanen bise ki ono piro je,,, ket mau re teko teko,,,putus asa 😦
  11. Sepertinya masih lebih bisa dipercaya Sugeng Rahayu ataupun Mira yang setiap 5-10 menit pasti ada yang lewat.

Karena judulnya memaksimalkan, saran saya sbb:

Ada websitenya transjogja.com, berisi rute yang mudah dihapal. penamaan jalur juga yang mudah diterima akal

mengapa 1A, mengapa 1B, 2A, 2B, susah sekali

dari yogyes.com

ternyata jalur 1 itu dari prambanan, kenapa ngga disebut aja 1A  itu jalur Pram-TG-Malbor-Janti-Bandara, Pram-Malbor

1B = Bandara-Gembiraloka-Pos-UGM-Amplaz

yang jalur 2 ternyata berbasis Jombor, 3 dan 4 Giwangan.

rute yang realistis, perhatikan arus aktivitas masyarakat, bisa ditampung dari survey, atau model2 pengumpulan data lainnya. rute yang ngga aktif diilangin, kayak ngelola rute pesawatlah,,, yang ngga ada penumpangnya delete aja

Waktu tunggu, di website bisa dipasang jam keberangkatan dari prambanan misalnya. Tampilkan jg ada berapa bis di rute itu. Jadi masyarakat bisa mengira-ira kapan dia berangkat, kapan kira2 sampai.

Feeder. kalo pengin dinaiki banyak orang, mustinya dipelajari daerah mana yang banyak calon penumpangnya, sediakan angkot feeder ke halte paling terjangkau. sosialisasikan jam keberangkatan.

Penyewaan sepeda onthel. Halte di daerah kota masih ada jarak ke tempat tujuan. Sediakan feeder, atau onthel yang bisa disewa. Kalo deket pasti jalan kaki. Kalau jauh, ngojek mahal. Memang ada ngojek 5000? pasti minimal 10.000.

CS yang terus menerus menerima masukan warga, keinginan, kritik, dan saran. Masukan diolah dan diteruskan sebagai aksi untuk perubahan. Permintaan masyarakat dipenuhi, transjogja survive. Contohlah Sumber Kencono mengenai ketepatan waktu, ketersediaan armada, kepastian adanya, waktu tunggunya.

Untuk menarik penumpang lagi, bisa dengan cara2 membership, doorprize, dan teknik2 lainnya.

PAD terbesar itu dari pajak kendaraan bermotor

Kendaraan Baru Penyumbang PAD Terbesar DIY
Rabu, 20 Agustus 2014 14:44

Laporan Reporter Tribun Jogja, Ekasanti Anugraheni

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA – Kemacetan menjadi masalah utama di Kota Yogyakarta yang belum juga terselesaikan. Banyaknya kendaraan baru jadi pemicu utamanya. Ironisnya, Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) ternyata menjadi sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) terbesar DIY.

80 persen PAD berasal dari pajak kendaraan bermotor ini. Padahal, itu juga yang jadi pemicu kemacetan. Sulit kami,” ungkap Kepala Bidang Anggaran dan Pendapatan DPPKA DIY Gamal Suwantoro dijumpai di kantornya, Selasa (19/8).

Dari total PAD DIY senilai Rp1,3 triliun, pajak kendaraan bermotor menyumbang hingga Rp1 triliun. Kondisi ini ibarat buah simalakama. Sebab, DIY tak punya sumber pemasukan lain yang besarnya setara dengan pajak kendaraan ini. “DIY kan enggak punya Sumber Daya Alam (SDA) yang bisa menyumbang pemasukan sebesar itu,” ujarnya.

Data DPKAA DIY menunjukkan adanya penambahan 5 hingga 10 persen kendaraan baru setiap tahunnya. Pada 2013 terdapat 148 ribu mobil dan motor baru di DIY. Total kendaraan yang terdata bahkan mencapai 1,39 juta unit. Hampir 50 persen di antaranya merupakan mobil murah Low Cost Green Car (LCGC). Sementara volume jalan tidak bertambah.

Untuk mengerem lonjakan kendaraan itu, Pemda DIY sudah menerapkan pajak progresif. Tapi hal itu hanya berlaku untuk kendaraan roda empat. Penerapan pajak progresif untuk sepeda motor sempat ditentang kalangan mahasiswa pada 2011 lalu. Alasannya banyak pengguna sepeda motor dari kalangan pelajar dan mahasiswa yang kemampuan ekonominya pas-pasan.

“Upaya mengerem jumlah kendaraan baru ya lewat pajak progresif itu. Tapi besarannya memang masih lebih kecil dibanding DKI Jakarta,” tutur Gamal.

DKI Jakarta menerapkan pajak progresif yang besarannya hampir dua kali lipat dari pajak reguler. Untuk kendaraan kedua, pajaknya naik jadi dua persen dari Nilai Jual Kendaraan Bermotor (NJKB). Kendaraan ketiga jadi empat persen, kendaraan kelima bahkan mencapai 10 persennya.

Menanggapi kemacetan itu, Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X meminta Dinas Pekerjaan Umum Perumahan Energi dan Sumber Daya Mineral (PUP-ESDM) DIY melakukan kajian kembali soal kebutuhan infrastruktur jalan di DIY. “Mana saja yang butuh flyover atau underpass untuk memecah kepadatan,” kata Sri Sultan.

Sebab, titik kepadatan tidak hanya terjadi di pusat kota Malioboro saja tapi sudah menyebar hingga jalur lingkar (ring road). Terlebih, akibat limpahan arus dari Comal, kepadatan kendaraan naik dua kali lipat di DIY.

Kantong-kantong parkir baru yang tengah digarap Pemda, yakni Ngabean dan Abu Bakar Ali juga dianggap belum mampu mengatasi luberan parkir kendaraan yang memadati jalan. “Saya yakin itu belum cukup. Lahan 30 ribu meter persegi untuk parkir itu tetap harus ada,” ujar Gubernur. (tribunjogja.com)


Realisasi setoran pajak di DIY 2016 lebihi target
Kamis 12 Jan 2017 10:03

Ajeng Widya

Dinas Pengelolaan Pendapatan, Keuangan, dan Aset Derah Istimewa Yogyakarta mencatat Pendapatan Asli Daerah (PAD) DIY dari sektor pajak selama 2016 mencapai Rp 1,44 triliun.

Kepala Dinas Pengelolaan Pendapatan, Keuangan, dan Aset DIY Bambang Wisnu Handoyo di Yogyakarta, Rabu, mengatakan capaian PAD dari sektor pajak tersebut mencapai 101% dari target sebesar Rp 1,424 triliun. “Penyokong terbesar masih dari sektor pajak kendaraan mencapai hampir 90%,” kata Bambang.

Bambang mengatakan dengan tingginya pendapatan dari sektor pajak tersebut realisasi pendapatan asli daerah (PAD) DIY selama 2016 dapat terealisasi Rp 1,673 triliun.

Pajak dari sektor kendaraan berkontribusi Rp 1,2 triliun. Angka itu diperoleh dari capaian pajak kendaraan bermotor Rp 600 miliar, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) Rp 428 miliar, serta Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB) Rp 221 miliar. Lalu, kontribusi dari pajak rokok Rp189,6 miliar.

Bambang berharap selain dari sektor pajak, hasil pengelolaan sejumlah perusahaan atau Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) DIY dapat berkontribusi signifikan pada 2017.

Sejumlah perusahaan yang dimaksud Bambang adalah PT Anindya Mitra Internasional (PT AMI), PD Taru Martani, serta PD Bank Pembangunan Daerah (BPD).

Ia mencontohkan PT AMI, selain sebagai operator bus TransJogja, melalui unit usaha tambangnya berpeluang mengembangkan hasil olahan lanjutan dari produksi bahan-bahan galian terutama batu kapur (calcium carbonat) selain sebagai bahan konstruksi juga sebagai bahan bakar alternatif.

“Untuk 2017 saya memang ingin konsentrasi membesarkan BUMD. Misalnya PT AMI dari divisi tambangnya,” kata dia.

Sumber : kontan.co.id (Yogyakarta, 12 Januari 2017) dicopy klinikpajak.

Sebagai warga Jogja, kadang terpikir, kapan ya kota ini memiliki moda transportasi masal yang cepat, tepat waktu, hemat biaya, terjangkau. Sebagaimana yang dimiliki kota-kota tetangga sebelah, sebut saja Singapura dan Kuala lumpur.

Setiap sore, berpeluh asap, rebutan start dari lampu merah, sepertinya mau-nggak-mau saja. Waktu tempuh semakin lama. Apa iya transportasi kota terpelajar begini-begini terus?

Sementara kota-kota negara lain dengan bangga memamerkan rute-rute baru MRTnya, kecanggihan otomatisnya, kita disini setiap hari disuguhi selebaran sales harga sepeda motor melulu.

Beberapa tahun lalu telah mencuat gagasan pengaktifan jalur kereta Jogja – Magelang. Dan beberapa jalur lawas lainnya, kabar-kabarnya juga mau direvitalisasi. Sungguh menyenangkan.

Tapi, kabarnya itu juga baru wacana. Terlebih setelah melihat bagaimana porsi pajak kendaraan bermotor yang dominan sebagai penyumbang PAD.

 

Kan sudah ada transjogja mas?

Sampeyan pernah naik transjogja? kalo belum silahkan naik dulu, baru tulis komentar di bawah ini.

 

Langkah Nyata Mengurangi Ketimpangan Pendapatan (Presidenri.go.id)

Dipublikasikan pada 15/08/2016 | 14:21 WIB

Pemerintah berusaha keras mengurangi kesenjangan pendapatan dengan memperbesar alokasi kesejahteraan untuk rakyat miskin, financial inclusion, KUR, Dana Desa.

Ketika merombak Kabinet Kerja untuk kedua kalinya, Selasa (27/7/2016), salah satu tujuan yang ingin disasar oleh Presiden Joko Widodo adalah mengurangi kesenjangan si kaya dan si miskin. Ketimpangan memang menjadi tantangan pembangunan. Bahkan, ketika pertumbuhan ekonomi melaju kencang, ketimpangan pendapatan tak bisa diabaikan, meski kadarnya berbeda-beda untuk tiap negara.

Salah satu indikator ketimpangan pendapatan adalah rasio gini yang angkanya berkisar antara 0-1. Angka 0 mengindikasikan distribusi pendapatan yang merata. Sebaliknya angka 1 menunjukkan ketimpangan sempurna. Angka 0,50-0,70 ketimpangan lebar. Indeks 0,31-0,40 ketimpangan sedang. Sementara 0,20-0,30 kesenjangan rendah.

Berapa rasio gini Indonesia? Pada Maret 2015, Badan Pusat Statistik mencatat angka rasio gini 0,41. Kemudian, pada September 2015, turun menjadi 0,40. Menurut Kepala BPS Suryamin, penurunan sebesar 0,01 poin ini menandakan ketimpangan orang kaya dan miskin di Indonesia semakin rendah. Secara rinci,  rasio gini di daerah perkotaan pada September 2015 tercatat 0,42, turun 0,01 poin dibanding Maret 2015 sebesar 0,43. Sementara, rasio gini di pedesaan pada periode yang sama relatif tidak berubah, 0,33.

Penurunan kesenjangan pendapatan menjadi keinginan pemerintah, karena ketimpangan pendapatan yang terlalu besar berpotensi memunculkan kecemburuan yang bisa mengarah pada konflik sosial.

Ditilik dari sumbernya, ketimpangan pendapatan bisa berasal pada 3 hal: kesenjangan antar individu, kesenjangan antar sektor, dan kesenjangan antar daerah.

Untuk mengurangi kesenjangan kemampuan individu, pemerintah memperbanyak pendidikan vokasi. Cara ini bertujuan meningkatkan kualitas sumber daya manusia agar mereka mendapatkan keahlian. Melalui kemampuannya upah yang lebih baik akan didapat. Alhasil gap pendapatan diperkecil.

Memperbesar alokasi anggaran untuk kesejahteraan kaum miskin dan mengurangi subsidi BBM, juga cara mengurangi kesenjangan. Melalui bantuan kesejahteraan ini masyarakat kurang mampu mendapatkan jaminan dasar pendidikan, kesehatan, dan pangan. Sehingga penghasilan yang mereka tidak dihabiskan untuk membiayai kebutuhan dasar dan sebaliknya dapat  dialokasikan untuk keperluan lain. Sementara melalui penghapusan subsidi BBM, pemerintah mengalihkan  uang tersebut untuk kesejahteraan rakyat miskin.

Pemerintah melalui Kementerian Keuangan telah menyalurkan Dana Desa kepada 312 daerah kabupaten/kota di 33 provinsi di seluruh Indonesia. Daerah yang telah menerima penyaluran Dana Desa tahap I ini merupakan kabupaten/kota yang telah menyampaikan persyaratan penyaluran Dana Desa secara lengkap. Berdasarkan publikasi yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan (DJPK) pada Kamis (12/5), total dana yang telah disalurkan mencapai Rp20,29 triliun, atau sekitar 71,98 persen dari total alokasi Dana Desa tahap I.

Dana desa yang disalurkan langsung untuk memperbaiki fasilitas dasar di desa akan membuat kegiatan pembangunan yang memanfaatkan tenaga lokal berjalan. Ini tentu akan meningkatkan pendapatan warga desa, yang pada gilirannya akan memperkecil kesenjangan pendapatan kaya-miskin.

Pemerintah juga membuka akses perbankan yang dikenal dengan financial inclusion untuk masyarakat yang selama ini tidak pernah bersentuhan dengan lembaga keuangan. Melalui cara ini, masyarakat bisa mendapatkan pinjaman dari bank untuk mengembangkan usahanya.

Kredit Usaha Rakyat, juga ditawarkan dengan bunga hanya 9 persen per tahun. Dengan bunga rendah masyarakat diharapkan agar usaha mikro, khususnya bisa menjangkau akses kredit. Kredit Usaha Rakyat (KUR) merupakan program  dalam Kelompok Program Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Pemberdayaan Usaha Ekonomi Mikro dan Kecil (klaster 3).Klaster ini bertujuan untuk meningkatkan akses permodalan dan sumber daya lainnya bagi usaha mikro dan kecil.

Proyek-proyek infrastruktur yang tengah dilakukan pemerintah secara besar-besaran juga  bertujuan untuk menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar. Dampaknya adalah terjadi redistribusi pendapatan, termasuk pembangunan di daerah perbatasan, pinggiran, dan pulau-pulau terpencil. Melalui cara ini kesenjangan pendapatan antar daerah dan antar wilayah bisa diperkecil.

Tak kalah pentingnya adalah mengurangi ketimpangan antar sektor, dimana pemerintah fokus pada sektor pertanian, perumahan, kesehatan, dan usaha kecil. Sektor-sektor ini menyerap tenaga kerja dalam jumlah banyak. Dengan demikian makin banyak orang memperoleh pendapatan,  sehingga ketimpangan pendapatan berkurang lantaran pembangunan tidak terpaku pada satu sektor saja.

Berbagai usaha di atas akan mengurangi kesenjangan antar daerah, antar sektor, dan antar individu. Harapannya, pada tahun 2019 rasio gini turun hingga 0,36 sesuai target RPJMN.

Urbanisasi Indonesia

JAKARTA, KOMPAS.com – Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani menilai, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang stabil dalam jangka waktu cukup lama memiliki implikasi yang luas. Tak hanya semata tercermin dari tingkat kesejahteraan, tetapi juga tingginya perpindahan masyarakat desa ke kota (urbanisasi). Akibatnya, populasi di kota mengalami “ledakan”.

“Pertumbuhan populasi di perkotaan Indonesia termasuk yang tertinggi (di dunia) yakni 4,1 persen,” ujar Sri Mulyani dalam acara Investor Gathering 2017 di Jakarta, Senin (27/3/2017).

Angka pertumbuhan populasi di area urbanisasi itu lebih tinggi dibandingkan India yang hanya 3,1 persen. Bahkan, China yang ekonominya tumbuh tinggal, pertumbuhan populasi di perkotaan hanya 3,8 persen.

Akibat urbanisasi yang “menggila” itu, kota menjadi penuh sesak. Bahkan 18 juta dari 21 juta kesempatan kerja justru tercipta di perkotaan dari periode 2001-2011.

Menurut perempuan yang kerap disapa Ani itu, salah satu poin penting meledaknya populasi di perkotaan bagi kualitas kesejahteraan masyakarat adalah kemampuan area urbanisasi menyediakan perumahan yang layak bagi masyakarat.

Di Indonesia, kebutuhan rumah mencapai 820.000 hingga 1 juta per tahun. Sekitar 40 persen kebutuhan perumahan itu bisa dipenuhi oleh pihak swasta, 20 persen oleh pemerintah, dan 40 persen diperoleh secara swadaya masyakarat sendiri.

“Ini persoalan yang harus dipecahkan,” kata Sri Mulyani.

Masalah ketersediaan perumahan yang layak untuk masyakarat perkotaan dinilai bisa semakin pelik sebab diperkirakan pertumbuhan ekonomi di perkotaan akan semakin tinggi.

Saat ini 40 persen masyakarat teratas mampu membeli rumah dengan penghasilannya sendiri. Sisanya, 40 persen masyarakat bisa membeli rumah dengan tambahan subsidi dari pemerintah.

Adapun sisanya 20 persen masyakarat tidak mampu membeli rumah tanpa ada bantuan menyeluruh dari pemerintah.

Selama menjabat sebagai Menteri Keuangan dalam Kabinet Kerja, Sri Mulyani mengakui belum memperhatikan lebih detail masalah kebutuhan perumahan lantaran banyak pekerjaan rumah di bidang fiskal yang membutuhkan penangangan lebih dulu.

Meski begitu, Sri Mulyani mengatakan akan mendorong pemenuhan kebutuhan perumahan melalui alokasi anggaran di APBN.

Sri Mulyani berharap semakin besarnya alokasi anggaran untuk penyediaan perumahan bisa menjadi solusi awal menangani masalah kebutuhan perumahan rakyat.

Di beberapa posting blog ini saya cuma ngumpulin artikel-artikel terkait hal-hal yang saling terkait. Harapannya, yang kebetulan mampir kesini bisa melihat bahwa berbagai permasalahan Indonesia itu saling terpaut saling sengkarut.

Jika melihatnya sepotong-sepotong, tentu tak akan bisa melihat dengan tepat darimana akar permasalahan berawal. Sehingga dipakailah kacamata kuda, cenderung saling menyalahkan sana-sini.

Sebagai sesama warga, semoga kita bisa memberi sumbangsih sekecil apapun untuk negeri tercinta. Setidaknya, tidak menambah beban masalah.

Oleh Prof. Rhenald Kasali

@Rhenald_Kasali

KOMPAS.com – “Welcome to the Age of Urbanization”. Kalimat itu kini banyak kita temui dalam berbagai pemberitaan dan kajian-kajian ekonomi terbaru.

“By 2025, nearly 2,5 billion people will live in cities in Asia,” tulis Dobbs, Manyika dan Woetzel (2015). Ketiga penulis tersebut adalah peneliti senior McKinsey.

Sekarang saja kemacetan di berbagai kota Asia sudah amat kita rasakan. Ya di sini, di Jakarta, ya di Manila. Peluang inilah yang diintip para penguasa dan pengusaha.

Siap-siaplah menyambut kegaduhan, antara yang berpikir cara baru dan cara lama. Antara yang melihatnya sebagai musibah dengan yang melihat opportunity.

Jangan lupa, populasi urban Indonesia yang tahun 2005 baru 43 persen (dengan size of economy 0,7 triliun dollar AS) kini telah mencapai 50 persen (1 triliun dollar AS), dan diproyeksikan akan menjadi 68 persen (2 triliun dollar AS) pada tahun 2025.

Kalau bukan kita, sudah pasti pasar ini akan direbut asing. Lihat saja, betapa SPBU Pertamina dikepung asing di kota-kota besar dan Indihome (Telkom) terengah-engah menghadapi Balon Google dan IOT asing.

Urbanisasi, kata tokoh reformasi ekonomi Tiongkok, Lie Keqiang adalah, “Bukanlah semata-mata penambahan penduduk urban. Ia adalah sebuah perubahan besar ke cara hidup kota, baik dalam partisipasi politik, struktur ekonomi, lapangan kerja, lingkungan hidup, rekreasi, menikmati fasilitas publik, kesejahteraan dan jaminan sosial.”

Sebagian politisi percaya, bahwa urbanisasi dapat mematikan ekonomi perdesaan. Juga, banyak walikota dan gubernur yang tidak welcome terhadap buruh migran.

Anda mungkin masih ingat, razia KTP, operasi Justisia dan sejenisnya yang dulu ramai dilakukan aparat dinas kependudukan untuk mencegah kedatangan penduduk desa ke ibukota.

Berpikir Terbalik
Di dunia ini, kita memang tengah disuguhi cara-cara baru yang memutar balik cara berpikir kita. Sekolah-sekolah yang mengajarkan teori-teori dahulu di bagian depan perkuliahan, baru praktik pun sudah dibalik.

Dulu kita biasa mengenal birokrasi yang “Kalau bisa diperlambat mengapa harus dipercepat.” Kini para walikota berebut prestasi adu cepat melayani.

Baiklah, saya ajak Anda kembali melihat bagaimana Tiongkok memutarbalikkan pikiran kita dalam menghadapi urbanisasi.

Majalah Businessweek (17/03/2014) belum lama ini menurunkan berita “China Wants its People in the Cities.” Kemudian harian New York Times (17/03/2014) melaporkan paket kebijakan ekonomi baru Tiongkok yang memindahkan jutaan petani ke kota-kota besar.

Saya pikir, kalau itu dilakukan di Indonesia sudah pasti gaduh. Tetapi mengapa cara Tiongkok ini malah diikuti India dan bangsa-bangsa Asia lainnya.

Di situ saya jadi teringat dengan gagasan filsuf besar Plato tentang polis (semacam kota) yang dihuni 5.000 jiwa. Untuk ukuran saat itu sudah cukup besar dan mampu memicu partisipasi publik dan efisiensi.

Lalu sejak itu bangsa-bangsa besar memacu lahirnya kota-kota baru. Thebes (Mesir, 1050 SM) 50.000 jiwa. Babilon (Irak, 500 SM) 150.000 jiwa. Athena (Yunani, 423 SM) 300.000 jiwa.

Kemudian Pataliputra (India 300 SM) 400.000 jiwa. Roma (98-117 SM) 1,6 juta jiwa. London (Inggris, 1900) 6,5 juta jiwa. Kemudian New York (1940), 7,45 juta jiwa.

Roma bahkan membuktikan kemampuannya mengalirkan air bersih berpuluh-puluh kilometer.

Setelah itu kita saksikan kepadatan beralih ke Asia di awal abad 21. Tokyo, Jakarta, Shanghai, Delhi, Manila, Seoul, Karachi, dan Beijing. Semuanya di atas 20 juta jiwa.

Transformasi Ekonomi
Mengapa Tiongkok memindahkan penduduknya ke kota?

Saya mulai mengerti saat mendengar paparan para ahli tentang ambisi Tiongkok dalam diplomasi kereta cepat. Apalagi gagasan itu menimbulkan banyak gesekan di sini.

Setelah di sini, satu-dua tahun ke depan Tiongkok diduga membangun KA Cepat Singapura-Malaysia.

Pertarungan itu jelas membuat Jepang terusik, karena amat mengganggu proyeksi pendapatan dari ekspor otomotifnya.

Ekonom Tiongkok begitu yakin bahwa mereka akan memenangkan contest di Asia Tenggara.

Kita semua tahu bahwa Tiongkok baru 12 tahun masuk dalam industri kereta cepat ini. Tetapi dalam tempo yang singkat itu, mereka sudah membangun jaringan sejauh 17.000 KM.

Safety Index-nya juga sudah menempati skor 4, jauh di atas kereta cepat Jepang yang hanya baru membangun sejauh 3.000 KM (sejak 1960).

Apesnya Tiongkok cuma satu: kita sudah biasa melihat sepeda motor China yang kualitasnya jauh di bawah Jepang. Lagi pula kita biasa melihat kecelakaan kereta api dalam sepuluh tahun belakangan ini.

Ini persis seperti diplomasi otomotif dan tekstil dari Jepang tahun 1970-an yang memicu sentimen negatif di Jakarta (Malari 1974). Kita saat itu tahunya Jepang hanya mampu membuat sandal jepit dan bemo yang ringkih.

Jepang saat itu sungguh menjengkelkan. Apalagi ditengarai adanya kolusi dengan regulator dan petinggi militer. Tetapi seiring dengan berjalannya waktu,  Jepang berhasil memperbaiki kualitas produk dan perilakunya.

Metode manajemen Jepang yang didukung disiplin, kontrol yang ketat, budaya korporat, dan sistem yang baku (dan ramping) menarik perhatian dunia. Otomotif, alat berat, mesin dan alat-alat hiburannya kita terima dengan baik di sini.

Besar kemungkinan Tiongkok kini mengkopi semua itu dengan cepat. Buktinya, investasi global pun hijrah ke negara itu.

Bahkan sejak dipimpin Ignasius Jonan, ribuan pegawai PT Kereta Api Indonesia disekolahkan di perusahaan-perusahaan Kereta Api Tiongkok.

Maka, saya agak bingung membaca berita-berita yang menuntut agar kita memilih Jepang.

Selain meminta jaminan finansial dari negara dan harganya lebih mahal, kita ketahui Jepang ingin menunda pembangunan kereta cepat di sini sampai industri otomotifnya saturated (jenuh).

Itu sebabnya, para pengamat yang terbiasa bekerjasama dengan Jepang selalu mengatakan proyek KA Cepat China ini terlalu terburu-buru.

Mereka Bersahabat dengan Urbanisasi?

Tetapi baiklah kita kembali ke pertanyaan semula, mengapa Tiongkok memilih untuk bersahabat dengan urbanisasi?

    1. Pertama, urbanisasi harus dipandang sebagai sebuah kesempatan besar untuk mengangkat derajat kaum miskin yang selama ini menjadi penonton.
    2. Kedua, pembangunan menuntut skala ekonomis. Penyebaran penduduk secara luas dalam komunitas kecil-kecil mengakibatkan banyak rakyat yang terabaikan dan termarjinalkan.
      Produk yang dinikmati orang kota mereka bayar dengan harga tinggi, kesejahteraan sulit ditingkatkan. Pangan, obat, elektronik, kamera, semen dan energy menjadi mahal dan langka.
    3. Ketiga, dengan memindahkan petani ke kota, Tiongkok berhasil membangun pertanian skala besar di desa-desa yang dilengkapi dengan proses redistribusi lahan pertanian.
    4. Keempat, semua orang di abad ini membutuhkan cyber place, not just a place. A smart city, not just a city. Mereka semua berhak mendapatkan akses internet untuk memperbaiki kualitas pendidikan anak-anak mereka.
      Semuanya berhak mendapatkan air bersih yang berkualitas, sanitasi, transportasi publik, pendidikan, penerangan, jalan, kesehatan dan keamanan yang layak. Kota-kota baru seperti itu selama ini hanya dapat dinikmati kalangan menengah ke atas di perkotaan.

Begitulah Tiongkok dengan ambisi kereta cepatnya yang diikuti dengan program memindahkan penduduk ke kota. Tentu tak semuanya bisa kita perlakukan di sini, mengingat keanekaragaman budaya dan adat istiadat.

Tetapi untuk menghubungkan antar-kota, amat mungkin program transformasi ini menyentuh kita.

Saya membaca rencana ekonomi baru Tiongkok yang menyebutkan setiap kota dengan 200.000 penduduk dihubungkan dengan kereta biasa dan jalan raya. Sedangkan kereta cepat menghubungkan kota-kota yang penduduknya di atas 500.000 jiwa.

Tiongkok tampaknya serius menggarap pasar ini. Sebuah prediksi menemukan, sampai tahun 2025, ada 2,5 miliar jiwa penduduk bertempat tinggal di kota-kota besar Asia.

Kalau sudah begini, siap-siap kita menerima konsekuensinya di sini. Jepang yang tersudut jika bisnis otomotifnya terlalu cepat menua, akan memukul balik melalui jurus geopolitik yang bisa merepotkan kita.

Pertarungan kedua bangsa besar Asia itu akan menjadi semakin rumit kala India akan memasuki bisnis yang sama 10 tahun mendatang.

Namun dalam konteks pembangunan jalur kereta cepat, Indonesia bisa mendapat peluang sebagai negeri pembuat kereta yang efisien sebagai partner mereka, mengingat dua hal.

Pertama, kita punya bahan baku aluminium yang memadai dan PT Inalum yang tengah bertransformasi sebagai BUMN.

Kedua, demand kereta api di Indonesia amat besar dengan dibangunnya jalur-jalur kereta api baru, baik di DKI Jakarta, Bandung Raya, Surabaya (trem dan LRT), Palembang, Medan, Kalimantan, Sulawesi dan pulau-pulau lainnya.

Saya memilih untuk mencari jalan, menemukan peluang untuk memperbaiki kesejahteraan bangsa, ketimbang berkelahi dan buru-buru mengatakan tidak.

Urbanisasi tak bisa kita lawan, tapi bisa kita pakai sebagai alat bagi modernisasi ekonomi.

Kuncinya: berbagi kue dan bekerjasama, bukan berkelahi. Tapi mendiamkan urbanisasi bukanlah kebijaksanaan yang cerdas.

Prof Rhenald Kasali adalah Guru Besar Ilmu Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Pria bergelar PhD dari University of Illinois ini juga banyak memiliki pengalaman dalam memimpin transformasi, antara lain menjadi anggota Pansel KPK sebanyak 4 kali dan menjadi praktisi manajemen. Ia mendirikan Rumah Perubahan, yang menjadi acuan dari bisnis sosial di kalangan para akademisi dan penggiat sosial yang didasari entrepreneurship dan kemandirian. Terakhir, buku yang ditulis berjudul Self Driving: Menjadi Driver atau Passenger.

Paradoks Yogyakarta

Dr Aprinus Salam, Kepala Pusat Studi Kebudayaan UGM

AGAK mengherankan ketika Yogya menjadikan dirinya menjadi rumah yang penuh dengan keparadoksan. Rumah yang aslinya ramah dan berhati nyaman, tetapi sekarang banyak klithih bergentayangan. Rumah yang katanya ayem tentrem, tapi ternyata warganya memegang ranking banyak penyakit, seperti diabetes, kanker, stroke, bahkan sakit jiwa. Rumah yang katanya banyak orang berusia panjang, tapi sekarang banyak orang selesai hidupnya di usia pendek.

Rumah yang katanya kinerja Pemdanya salah satu yang terbaik, tapi tingkat kesejahteraan warganya termasuk yang paling rendah di Indonesia. Dikenal sebagai rumah pendidikan, tapi masih banyak yang tidak terdidik. Rumah yang dikenal penuh kepedulian, tapi sekaligus rumah paling intoleran. Sangat dikenal sebagai rumah budaya, tapi kehidupan ‘berbudaya’ tidak mendapat perhatian. Ada apa dengan Yogya?

Dalam konteks keparadoksan, Yogya sama sekali tidak istimewa. Walaupun tidak dalam data yang sangat ekstrem, kecenderungan seperti itu juga terjadi di berbagai tempat di Indonesia. Kecenderungan itu hampir sama saja walau dengan ‘varian paradoksal’ yang berbeda. Kriminalitas, penyakit, dan kemiskinan terjadi di mana-mana. Masalahnya ini Yogya. Di sini letak keistimewaannya.

Bagaimanapun, masyarakat Indonesia pada umumnya masih memiliki persepsi dan ingatan bahwa Yogya itu rumah yang ramah, santun, aman, dan nyaman. Dengan demikian, jika persepsi dan ingatan itu terganggu/diganggu dengan bergentayangannya klithih, atau kriminalitas  lainnya, maka Yogya langsung jadi sorotan. Dengan pertanyaan, kok bisa? Ada apa dengan Yogya?

Jika kemudian ada informasi bahwa penyakit tertentu di Yogya termasuk yang tinggi di Indonesia, atau jika ada informasi Yogya merupakan salah satu wilayah paling intoleran di Indonesia, maka langsung saja Yogya menjadi pusat perhatian. Dengan pertanyaan, loh kok bisa? Ada apa dengan Yogya?

Dengan demikian, sebetulnya yang sangat terganggu dengan berbagai masalah yang dihadapi Yogya belakangan ini adalah terganggunya persepsi dan kenangan indah tentang Yogya. Ketergangguan itu menimbukan pertanyaan dan sekaligus ketidakpercayaan, apa benar Yogya telah berubah demikian drastis.

Di balik pertanyaan dan ketidakpercayaan itu sebetulnya menyimpan harapan bahwa kalau bisa Yogya tidak seperti itu. Kalau bisa Yogya masih bisa menjadi oase kenyamanan. Kalau bisa Yogya masih bisa menjadi oase dan model bagaimana keragaman dan multikulturalisme bisa berlangsung dengan cantik di Yogyakarta. Kalau bisa, Yogya tetap menjadi oase ketenteraman.

Itulah sebabnya, masyarakat Yogya perlu kerja keras dan kompak untuk mengembalikan persepsi dan kenangan yang indah itu, entah bagaimana caranya. Mungkin salah satu caranya adalah dengan memperbanyak forum dialog lintasagama, lintasetnis dan budaya, lintaskomunitas. Ruang publik untuk kolaborasi dan persentuhan kultural antara berbagai perbedaan tersebut juga perlu diperbanyak.

Begitulah, Yogya sekarang memang bukan tiga atau empat puluh tahun yang lampau. Yogya sekarang adalah Yogya yang macet, Yogya yang memegametropolis. Yogya yang serba cepat, Yogya yang serba campur aduk dan tumpang tindih dalam berbagi persoalan dan kepentingan. Yang paling menyedihkan sangat mungkin Yogya yang terkooptasi oleh kapitalisme akhir dan/atau hipermodernitas.

Berdasarkan alur kesejarahan perkembangan modernitas, tampaknya Yogya tidak memiliki kemampuan yang memadai bagaimana mengelola akselerasi kapitalisme. Yang terjadi adalah Yogya yang mengkapitalisme, bukan kapitalisme yang menyogya. Ketika yang terjadi Yogya yang mengkapitalisme, maka akan sangat banyak ketidaksiapan masyarakat menghadapinya.

Implikasi dari ketidaksiapan itu yang paling menonjol adalah stres. Ini tentu akan mengganggu banyak sistem kesehatan, baik kesehatan fisik maupun non-fisik. Implikasi lain adalah berbagai bentuk radikalisasi untuk kembali merebut identitas yang ketelingsut.  Terjadilah berbagai kegiatan spontan untuk seolah siap menjadi bagian dari masyarakat kapitalis. Berbagai bentuk ekstrimitas hoax dan efek perilaku dari hoax adalah sisi lain dari berbagai sikap, tindakan, dan perbuatan yang tidak kondusif.

Apapun yang terjadi, kita perlu menancapkan satu strategi yang komprehensif, terutama dalam mengelola secara bijak dan cerdas mengatasi kooptasi kapitalisme akhir/hipermodernitas. Mungkin terdengar klise dan klasik, tapi penyakit yang kita hadapi sebetulnya juga bersifat klise dan klasik. Sejarah harus didaur ulang dengan cara yang inovatif dan berdaya guna.

krjogja hari ini dalam kolom analisis kr

Penipu yang lebih cocok jadi pelawak

Seperti biasa, sehabis isi pulsa, bermunculanlah sms-sms yang memberitahukan bahwa kita beruntung mendapat suatu undian berhadiah. Tentu saja, kita tak perlu ambil pusing masalah ginian.

Namun pertanyaannya, dia dapet info bahwa suatu nomor hp habis isi pulsa itu dari mana? Pilihannya:
a. Operator telekomunikasi
b. Vendor pengisi pulsa
c. Agen isi pulsa
d. Bukan ketiga-tiganya
e. A dan B benar
f. B dan C salah
g. Semua benar
h. Semua salah

Dadi kelingan jaman melu UMPTN 🙂

Apapun jawabannya, tak akan menghentikan kiriman sms-sms gituan.

Sekarang, kita lihat isi sms dari nomor 085603951337. Ini saya salin apa adanya:

“maaf kami sudah menghubungi tp tida tersambung no anda meraih hadiah ke-2 dri PT.MTRONIK PIN.anda 987A33G cek hadiah di http://www.hadiahmtronik13.blogspot.com”

Karena lagi ngga ada kerjaan dan memang sebenernya lagi males ngapa-ngapain, hasrat untuk melihat website keberuntungan itu memuncak.

http://hadiahmtronik13.blogspot.co.id/ (Title tag:PESTA IS ULANG MTRONIK 2017)
IS nya memang salah ketik

Hal yang menarik adalah mereka pakai blogspot. Yang kedua, ada angka 13. Kenapa 13? Kok ngga 12? atau tanpa angka aja?

Ternyata ada alamat http://hadiahmtronik12.blogspot.co.id dengan title tag PESTA ISI ULANG MTRONIK 2017.

Kok ngga hadiahmtronik aja, tanpa angka? Ternyata ada juga alamat http://hadiahmtronik.blogspot.co.id dengan title tag “mtronik.com”. Judul atasnya “Pemenang Undian M-tronik 2014”.

Besok-besok mungkin angkanya bisa sampe 100, karena ternyata ganti tahun ganti blog baru.

Dua blog 12 dan 13 dibuat oleh https://www.blogger.com/profile/02479651087145949315 yang mendaftar blogger sejak Februari 2017.

Selanjutnya, kita buka isi hadiahmtronik13 karena kandungannya lebih lucu daripada yang hadiahmtronik. Isi saya kutip apa adanya:

KETERANGAN

 

  • Di harapkan kepada para pemenang untuk tidak menyebar luaskan mengenai Hadiah ini sebelum hadiah diterima, umtuk menghindari adanya pemalsuan pemenang, iri hati & cemburu sosial. UUD No.32  Pasal 331 ayat-23, Tentang Kecemburuan sosial sesama masyarakat
  • Pengundian sudah dilakukan di hadapan Notaris dan disaksikan oleh pihak dinas Sosial RI, Pemda DKI jkt dan jajaran Manajemen PT.M-TRONIK,Tbk
  • Mohon maaf bila pencantunan Nomor Pemenang tidak kami cantumkan secara lengkap    demi menghindari unsur-unsur yang tidak bertanggung jawab (penggandaan nomor/pemalsuan pemenang),

 

    1. Pemenang resmi kami akan mendapatkan Komfirmasi melelui SMS/Pesan singkat yang
    2. mencantungkan situs undian resmi PT.M-TRONIK
    3. http://hadiahmtronik13.blogspot.co.id/
    4. Demi Kepuasan anda silahkan hubungi kami mulai pukul 07.00-21.00 WIB’ PT.M-TRONIKberalamatkan di Graha PT.M-TRONIK Lot E4-7 No.1 Jalan. Mega Kuningan, Jakarta Selatan 12950

 

  • Demi menghindari hal-hal yang tidak diinginkan secara bersama kami harapkan kerja samanya,agar pemenang tidak telalu menyebar luaskan informasi ini kepada masyarakatluas,jangan sampai ada yang menghubungi kami dengan mengaku-ngaku dari kalangan keluarga pemenang, bisa-bisa hadiahnya jatuh kepada orang lain
  • Agar supaya tidak terjadi penggandaan dan pemalsuan nomor, pemenang diharapkan agar pemenang bisa melaporkan Nomor PIN dengan benar, sesuai yang tertera dalam daftar pemenang di Via telepon Via Ponsel:0857-4802-7999 sebagai pelayanan komfirmasi

 

PENGESAHAN HADIAH

  1. Hadiah anda bisa di antarkan langsung kealamat anda, sesuai dengan data di kartu identitas anda sebagai pemenang
  2. Hadiah uang tunai bisa kami transfer melalui via Rekening yang anda miliki sendiri/milik keluarga terdekat seperti (BRI,BNI,BCA,MANDIRI,DANAMON,MUAMALAT,dll)
  3. Batas Pengambilan hadiah berlaku selama 2 hari, apabila pemenang tidak mengurus hadiahnya sampai batas waktu yang ditentuakan, maka hadiah tersebut akan dialihkan pada kandidat pemenang yang lain dan kewajiban kami kepada pemenang sudah tidak ada lagi.

     SYARAT & KETENTUAN HADIAH

  1. Hadiah Mobil & Motor diantarkan langsung Ke alamat pemenang melalui jasa penerbangan, dengan menggunakan pesawat kargo BOEING C.130 dari halim perdana kusuma menuju kebandara atau lapangan penerbangan yang terdekat di daerah pemenang. Setelah pemenang melunasi biaya Administrasi balik Nama STNK/BPKB Sebesar: Rp.1.700.000,-(kendaraan Mobil) dan Rp.850.000,-(kendaraan Motor) melalui BANK setempat ditujukan  ke Rekening yang dipercayakan oleh pihak Samsat Metro Jaya.
  2. Untuk pemenang Uang Tunai, akan di Transfer ke Rekening Pemenang atau Rekening keluarga terdekat,setelah menyelesaikan biaya Administrasi Jaminan sementara sebagai Bukti bahwa selaku Pemenang resmi dari PT.M-TRONIK sebesar Rp.750.000,- Untuk Rekening tujuan Hubungi Nomor Pelayanan: 0857-4802-7999
  3. Untuk melaporkan alamat dan Data Identitas anda, Silahkan Hubungi Pelayanan Informasi Melalui Telepon: 0857-4802-7999 Atas Nama Bapak INDRA GUNAWANG
  4. Pihak pemenang yang mengeluarkan dana Administrasi di harapkan untuk tidak perlu khawatir Karena Seluruh pengeluaran pemenang  hanya bersifat sementara saja, dan pihak Perusahaan PT.M-TRONIK siap untuk mengganti semua dana yang dikeluarkan oleh pihak pemenang.

Dasar Hukum


Cek telah diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD) Pasal 178 sampai dengan Pasal 229. Bilyet Giro telah diatur dalam Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 28/32/KEP/DIR tanggal 4 Juli 1995 tentang Bilyet Giro.

  PERHATIAN!!!

Biaya Administrasi disarankan tidak di serahkan melalui tangan-ketangan, demi menghindari hal hal yang tidak di inginkan,

      Apabila Kendaraan sudah sampai, pemenang harus menandatangani. SURAT SERAH TERIMAH HADIAH dari .PT.M-TRONIK
      Apabila Syarat & Ketentuan tidak dipenuhi sesuai ketentuan yang diatas kami tidak bertanggun jawab apabila Hadiah anda akan kami realisasikan kepada pemenang cadangan yang sudah di siapkan oleh Perusahaan sesuai dengan kebijakan yang dikeluarkan oleh PT.M-TRONIK

Asal ngetik, tak dibaca ulang, komfirmasi, kenapa ejaannya selalu berulang komfirmasi? model orangnya seperti apa?